BI: Perang Dagang AS-China Masih Hantui Pertumbuhan Ekonomi RI
pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak pada kisaran 5% selama hampir dua dekade terakhir.
Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia mengatakan, ketidakpastian ekonomi global terutama terkait perang dagang antara AS-China masih memberi dampak negatif kepada perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi, kinerja ekspor hingga investasi yang melambat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menyebutkan, pada masa kejayaannya investasi RI bisa tumbuh 7-8 persen. Namun di kuartal II 2019 ini hanya tumbuh 3,07 persen.
"Jadi masalah di semua negara berkembang yang terkena dampak trade war, volatilitas di pasar keuangan, serta melambatnya turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di ekspor. Ini dialami di banyak emerging markets termasuk Indonesia," ujar Dody di Gedung BI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Selain itu, pertumbuhan investasi yang rendah juga diakibatkan oleh perlambatan ekspor yang berdampak pada pengurangan produksi.
"Dengan ekspor melambat permintaan produksi berkurang dan otomatis investasi berkurang dan akan menurunkan pendapatan devisa ekspor," jelas Dody.
"Kemudian menurunkan pendapatan yang berakhir kepada konsumsi yang tidak akan setinggi dari yang diperkirakan," imbuhnya.
Dia berharap ke depannya investasi tak hanya didorong melalui policy atau kebijakan bank sentral.
Salah satu yang diupayakan BI adalah memperkuat sektor manufaktur unggulan, antara lain tekstil, otomotif, dan alas kaki.
"Artinya semua negara akan tumbuh dan akan lebih baik dari tahun sebelumnya. Cuma tidak optimal seperti yang seharusnya. Itu yang tercermin dari outlook pertumbuhan dunia yang dikoreksi ke 3,2 persen," pungkasnya.
Baca: Imbas Perang Dagang, Rupiah Melemah ke Level Rp 14.223 per Dolar AS
Tren menurun
Lupakan ambisi menggenjot pertumbuhan ekonomi tinggi dan mungkin tinggal menjadi nostalgia.
Pasalnya, menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), pertumbuhan ekonomi Indonesia terjebak pada kisaran 5% selama hampir dua dekade terakhir.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode 2000-2018 hanya 5,3%.
Berdasarkan diagnostik pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Bappnenas, asumsi makro pertumbuhan ekonomi 2020-2024 berkisar 5,4% - 6%.