Ekonom: Memindahkan Ibu Kota Ditambah dengan Penerapan Teknologi Makin Bebani APBN
Dengan kondisi ekonomi dunia yang terancam oleh resesi global akan membuat Pemerintah sulit merealisasikan rencana tersebut.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Bappenas memproyeksikan pembangunan ibu kota negara yang baru ditargetkan rampung pada awal tahun 2024 dan konstruksinya baru akan dimulai pada 2021 mendatang.
Bambang menyatakan, kementerian dan lembaga pemerintah memiliki keleluasaan dalam pemberian ide serta pandangan terkait rencana itu.
"Jika lembaga dan kementerian lain memiliki hasil penelitian, inovasi yang bagus untuk diterapkan di kota baru seperti transportasi, energi baru, ini kita terbuka sekali," kata Bambang.
Pihaknya juga akan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk berkontribusi dalam aspek teknologi.
"BPPT ditunjuk menjadi tim koordinasi strategis yang berfokus pada perencanaan wilayah, tata ruang dan pertanahan," kata Hammam Riza, Kepala BPPT.
Hammam menyatakan pihaknya siap mendukung penuh rencana tersebut.
Hammam menekankan dukungan pihaknua tidak hanya dikerahkan pada satu bidang saja, namun juga terhadap banyak sektor yang dapat disentuh oleh inovasi dan teknologi yang dimiliki lembaga tersebut.
Satu diantara banyak inovasi yang akan diterapkan dalam proses pembangunan itu adalah yang terkait bidang lingkungan hidup dan kebencanaan seperti teknologi Early Warning System.
"Jadi kami memberi rekomendasi juga agar di ibu kota baru ini dapat memanfaatkan teknologi dalam setiap aspek kebencanaan, baik dari sisi mitigasi, saat bencana, hingga paska bencana seperti evakuasi, dan lain-lain," jelas Hammam.
Pihaknya akan merekomendasikan penerapan teknologi masa depan yang sesuai dengan karakter kota tersebut.
"BPPT akan berkontribusi memberikan rekomendasi penerapan teknologi masa depan yang tepat untuk sebuah kota seperti teknologi pengelolaan sampah, air, energi, IT, transportasi, dan lainnya," ujarnya.