''Latte Factor'' Jadi Permasalahan Milenial Malas Beli Properti
Latte Factor atau kebiasaan belanja receh yang pengeluarannya tidak seberapa, namun rutin dilakukan menjadi permasalahan serius.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Latte Factor atau kebiasaan belanja receh yang pengeluarannya tidak seberapa, namun rutin dilakukan menjadi permasalahan serius.
Persoalan ini kerap dilakukan kaum milenial mulai dari membeli kopi kekinian hingga order makanan online.
Managing Partner Grant Thornton Indonesia Johanna Gani, menjelaskan latte factor bisa muncul dengan mudahnya hanya karena kebiasaan, tekanan sosial bahkan kontrol diri yang lemah.
Baca: Miguel Oliveira Masih Belum Fit Diragukan Tampil di MotoGP Malaysia 2019
Baca: Tak Hanya di Jakarta, PLN Juga Bangun SPKLU di Dua Wilayah Ini
Maka kemudian latte factor membuat generasi milenial yang memasuki umur berkeluarga mayoritas malas untuk membeli properti.
“Tanpa disadari latte factor menggerogoti penghasilan hingga sulit untuk menabung apalagi berinvestasi,” ujar Johanna, dalam keterangan tertulis, Selasa(29/10/2019).
Sebagai bagian dari investasi jangka panjang, properti tampaknya belum tertanam dalam pola pikir maupun mindset milenial bahwa tidak hanya berfungsi sebagaiinstrumen investasi namun juga kebutuhan pokok.
“Dengan banyaknya latte factor hingga faktor lainnya seperti tren traveling bertujuan eksplorasi berbagai tempat selagi muda makin menjauhkan generasi milenial dari rasa ingin memiliki rumah,” ucap dia.
Berdasarkan house price to annual income ratio atau harga rumah berbanding pendapatan per tahun, harga properti yang sebaiknya dibeli maksimal 3 (tiga) kali dari penghasilan tahunan.
Apabila pengeluaran untuk latte factor ini bisa dikontrol dan diminimalisir, tentu ada potensi dana yang bisa ditabung untuk down payment properti impian atau diinvestasikan di instrumen lainnya.