Bikin Peternak Lokal Rugi, HKTI Minta Kementan Revisi Harga Jual Daging Sapi
Kebijakan impor daging dari zona base dikhawatirkan akan mengakibatkan masuknya virus penyakit daging sapi ke Indonesia.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Usaha peternakan sapi pedaging di Indonesia saat ini ditengarai lesu yang diduga imbas dari ketentuan baru importasi daging sapi dan daging kerbau oleh Kementerian Pertanian dari country base dan zona base.
Drs Carry Pratomo, Sekretaris Bidang Peternakan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Sabtu (9/11/2019) mengatakan, sebelumnya, kegiatan impor daging dari country base tidak ada masalah karena negara asal pengimpor dinyatakan bebas penyakit.
Sedangkan impor daging yang berasal dari zona base ini negara yang belum 100% bebas dari penyakit sapi, yaitu mulut dan kuku.
Kebijakan impor daging dari zona base dikhawatirkan akan mengakibatkan masuknya virus penyakit daging sapi ke Indonesia.
"Kebutuhan daging kita memang tinggi dan memang sangat memerlukan impor daging dari zona base karena harganya lebih murah. Saat itu menteri pertanian mengusulkan kepada presiden harga daging sapi bergerak di angka Rp80.000 per kg. Sehingga, jika tahun ini kita tetap berpegang pada prinsip asalkan daging murah dampaknya akan mengakibatkan banjirnya masuk daging yang berasal dari zona base yaitu Brazil," jelasnya.
Sebelumnya Indonesia mengimpor daging dari India dan kemungkinan tahun depan akan masuk daging impor dari Argentina.
"Tapi kita juga harus lebih hati-hati dengan virus yang akan masuk melalui impor daging ini," papar Carry Pratomo.
Dia mengingatkan, Pemerintah RI harus mewaspadai bencana yang dialami China.
Peternak babi di sana mengalami kehancuran diakibatkan African Squnce Flu, akibatnya kebutuhan China daging babi harus mengimpor dari negara lain termasuk dari Amerika
"Jangan sampai terjadi di Indonesia, pemikiran kami seperti itu, akibat virus yang masuk karena kita tidak bisa mengontrol masuknya daging impor dari zona base, kita harus menggairahkan kembali peternak daging sapi kita," ujar Carry Pratomo.
Dia menyatakan, kebijakan ini akan mengorbankan petani peternak nasional karena harus menjual daging pada operasi pasar sesuai peraturan Kementan. Yakni, di harga Rp80.000/kg.
"Harga ini sudah berlangsung dari waktu ke waktu lalu kapan petani kita akan mendapatkan keuntungan? Kami meminta agar dapat diatur dalam zona waktu, misalnya karena menjelang lebaran dipatok harga segitu ok lah, tapi janganlah sepanjang tahun harga tetap segitu," ujar Carry Pratomo.
Dia menegaskan, harga daging harus direvisi, pemerintah juga harus berpihak kepada peternak agar terjadi keseimbangan bagi peternak sapi. Pihaknya mengusulkan harga jual baru daging segar Rp110.000 sampai Rp120.000.
"Kami akan coba untuk menghitung bersama-sama sehingga bisa mencapai titik dimana harga daging bisa menguntungkan petani. Jika petani merasakan memperoleh keuntungan akan timbul gairah baru bagi peternak sehingga jumlah sapi akan bisa dikendalikan dan impor daging sapi bisa dikurangi di kemudian hari," ungkapnya.
Beberapa BUMN saat ini sudah ditunjuk mengimpor daging sapi dengan kuota besar namun mereka kesulitan memasarkan dan membuat stok daging menumpuk.
Hal ini menurut Carry Pratomo membuat peternak sapi lokal makin terpuruk karena makin sulit bersaing. "Kalau memang diperlukan impor karena lebaran silahkan saja, tapi jangan terus menerus impor," pintanya.