Setoran Pajak Kurang Rp 400 Triliun, Kinerja Pajak Indonesia Jauh dari Harapan
Pemilu yang diadakan pada April secara tidak langsung telah mengurangi ruang improvisasi pemerintah dalam pemungutan pajak
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DDTC Fiscal Research menyatakan, kinerja pajak Indonesia hampir pasti jauh dari harapan didorong ancaman resesi global, khususnya pertumbuhan ekonomi negatif secara berulang di negara-negara yang ekonominya besar.
Partner DDTC Fiscal Research B Bawono Kristiaji mengatakan, dampak resesi perekonomian negara besar terhadap ekonomi global cukup besar bukan isapan jempol.
Baca: Ekonomi Melambat, Pemerintah Diminta Revisi Target Pajak 2020
Baca: Menkeu Sri Mulyani Tetap Optimistis Meski Setoran Pajak Tekor Rp 400 Triliun
"Permintaan global yang menurun telah membuat negara yang berbasis ekspor ‘kelimpungan’. Perang dagang bukan lagi ancaman, tapi mulai menjadi kenyataan," ujarnya di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Imbasnya, Bawono menjelaskan, global supply chain terganggu dan sayangnya hal ini tidak direspons secara cepat pada semester I 2019.
"Faktor pemilu agaknya jadi alasan. Pemilu yang diadakan pada April secara tidak langsung telah mengurangi ruang improvisasi pemerintah dalam pemungutan pajak," katanya.
Sementara, upaya untuk menghindari kegaduhan dan menjamin kondusivitas situasi politik menjadi tema besar agenda pemerintahan pada kuartal I 2019.
"Selain itu, adanya pemilu membuat perilaku untuk wait and see. Memang benar bahwa masih ada beberapa persoalan fundamental dari sektor pajak di Indonesia, di antaranya tingginya sektor informal, kelembagaan, struktur penerimaan yang rentan goncangan, dan sebagainya," pungkasnya.