Garuda Akan Negosiasi Utang ke Lessor dan Refinancing Utang Jatuh Tempo
Mengacu laporan keuangan per 30 September 2019, total kewajiban jangka pendek Garuda dalam kurun setahun mencapai 2,45 miliar USD.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Garuda Indonesia akan merenegosiasi utang baru dengan perusaahaan jasa penyewaan pesawat (lessor) dan manufacturing (pabrikan pesawat).
"Kami sepakat membangun tim kuat. Jika perlu, sewa konsultan dan negosiator dari luar supaya dapat pricing structure lebih bagus untuk menekan biaya," kata Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Dia mengatakan, jika biaya leasing bisa ditekan, akan menurunkan biaya. "Jadi bisa berutang lagi untuk mendatangkan armada baru karena struktur biaya terbesar ada di avtur dan leasing," ucap Irfan.
Terkait utang jatuh tempo, mantan Direktur PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) ini menyatakan akan menyiapkan langkah melunasi lewat skema utang baru.
“Saya ini lama di IT tapi 6 tahun di Bank Niaga. Utang menjadi concern kami. Utang jatuh tempo kami tutup utang baru sambil mencari profit secara bertahap. Saat ini perusahaan maskapai tidak bisa lepas dari utang yang penting kita perbaiki kinerja,” tambahnya.
Baca: Dirut Garuda: Otoritas Bandara Harus Tangani Virus Corona Agar Tak Menyebar di Penerbangan
Garuda Indonesia memiliki utang obligasi jatuh tempo di 3 Juni 2020.
Mengacu laporan keuangan per 30 September 2019, total kewajiban jangka pendek Garuda dalam kurun setahun mencapai 2,45 miliar USD.
Baca: Ketemu Dirut Garuda, Menhub Usulkan 3 Cara Agar Tiket Pesawat Murah
Jumlah itu naik 24,35 persen dibandingkan posisi 31 Desember 2018.
Pada saat bersamaan, aset keuangan GIAA yang terdiri dari kas dan setara kas maupun komponen lain menyusut 5,85 persen menjadi 1,14 miliar USD.