Dampak Corona, 50 Juta Orang Terancam Kehilangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata
WTTC menyampaikan pada akhir pekan ini bahwa pandemi corona (Covid-19) mengancam industri pariwisata secara signifikan.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - World Travel and Tourism Council (WTTC) menyampaikan pada akhir pekan ini bahwa pandemi corona (Covid-19) mengancam industri pariwisata secara signifikan.
Pada pekan ini, organisasi tersebut memprediksi akan ada 50 juta orang kehilangan pekerjaan mereka di sektor ini.
Menurut angka yang dilaporkan WTTC, sektor pariwisata ini bisa mengalami penurunan hingga 25 persen pada tahun ini, akibat wabah corona.
Baca: Jokowi Minta BIN Lacak WNI yang Ikut Tabligh Akbar di Malaysia Pasca-ada Jemaah Positif Virus Corona
Baca: Ucapan Muazin di Kuwait yang Membuatnya Menangis saat Lantunkan Azan: Salatlah Kalian di Rumah
Kendati demikian, Kepala Eksekutif Dewan WTTC Gloria Guevara mengatakan sektor ini akan tetap mampu 'melawan balik' tamparan keras virus corona.
"Perjalanan dan pariwisata tetap akan memiliki kekuatan dalam menghadapi tantangan ini dan akan bertahan," kata Guevara.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (15/3/2020), industri pariwisata memang telah sangat dipengaruhi oleh penyebaran virus ini.
Hal itu karena banyak negara di dunia saat ini telah memberlakukan pembatasan perjalanan bagi warga mereka, untuk menekan angka penyebaran corona.
Ribuan penerbangan internasional pun telah dibatalkan, seperti yang ditunjukkan jumlah penumpang maskapai China yang mengalami penurunan signifikan nyaris 85 persen pada bulan lalu.
Sementara regulator penerbangan di negara itu menyampaikan pada Kamis lalu bahwa penurunan ini telah menyebabkan hilangnya pemasukan senilai 21 miliar Yuan atau setara 3 miliar dolar AS.
Bahkan Korean Air telah memperingatkan bahwa virus ini dapat memgancam kelangsungan bisnis maskapai asal Korea Selatan itu.
Menurut data dari Tourism Economics, industri perjalanan dan pariwisata Amerika Serikat (AS) juga diprediksi akan kehilangan pendapatan sebesar 24 miliar dolar AS pada tahun ini.
Itu setara dengan sekitar tujuh kali lipat lebih banyak dari kerugian industri yang disebabkan wabah SARS pada 2003 silam.