Rupiah Tembus Rp 16 Ribu, Pengamat Ekonomi: Ini Risiko yang Tak Bisa Diihindarkan
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Pada Kamis sore, rupiah kurs tengah Bank Indonesia (BI) anjlok ke Rp 15.919.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah.
Pada Kamis (19/3/2020) sore, rupiah kurs tengah Bank Indonesia (BI) anjlok ke level Rp 15.919 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini terjadi setelah adanya lonjakan kematian akibat virus corona di Indonesia.
Bahkan, di antara negara-negara di Asia Tenggara, tingkat kematian akibat virus corona di Indonesia adalah yang tertinggi.
Terkait dengan hal itu, Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret, Retno Tanding memberikan tanggapannya.
Baca: Rupiah Nyaris Sundul Rp 16.000 Per USD, Menko Airlangga: Ikuti Mekanisme Pasar Dulu
Baca: Update Nilai Tukar Rupiah per Kamis 19 Maret 2020 Sore: Melemah hingga Rp 15.712 per Dollar AS
Ia mengatakan, Indonesia dan semua negara di dunia sedang menghadapi krisis yang luar biasa.
Menurutnya, wabah virus corona sangat berdampak terhadap kondisi ekonomi di dunia.
"Sebelumnya kan baru kelihatan saat bahan baku kesulitan pasokan karena bahan bakunya berasal China."
"Tapi kemudian masuk ke sektor yang lain seperti IHSG juga meluncur jatuh."
"Hari ini akhirnya kita melihat, sampai juga pada nilai tukar rupiah yang mencapai Rp 16 ribu," ujar Retno kepada Tribunnews.com.
"Saya kira ini tidak hanya dihadapi Indonesia, tapi banyak negara di dunia mengalami hal serupa," lanjutnya.
Ia menegaskan, virus corona yang telah menjadi pandemi juga jadi masalah di banyak negara di dunia.
"Ini adalah risiko yang tidak bisa dihindarkan karena masalah kesehatan yang kita hadapi bersama," ungkap Retno.
Retno mengatakan, tidak bisa memastikan sampai kapan rupiah akan melemah.