Pengamat: di Tengah Ketidakpastian, Pertamina Butuh Figur Pemimpin yang Mumpuni
Pertamina memerlukan pemimpin yang bisa melihat teknologi yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan kelas dunia tersebut.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dihadapkan dengan tantangan untuk menyambut tahun 2021.
Mengingat di tahun itu, perusahaan pelat merah ini akan mengelola Blok Rokan selaku kontributor produksi nomor dua terbesar minyak nasional setelah Blok Cepu.
Guru Besar Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung Tutuka Ariadji mengatakan, Pertamina akan menghadapi permasalahan teknis kelas dunia seiring masuknya Blok Rokan. Sebab, Lapangan Minas memiliki permasalahan teknis kelas dunia.
Baca: Anies Baswedan Sebut 66 RW di DKI Jakarta Masih Zona Merah Covid-19, Ini Daftarnya
Baca: Isi Bensin di SPBU, Pertamina Anjurkan Konsumen Pakai Uang Pas
Oleh karena itu, Pertamina memerlukan pemimpin yang bisa melihat teknologi yang dibutuhkan untuk mengatasi tantangan kelas dunia tersebut.
“Leader-nya memang perlu mengetahui politik, tapi jika tidak menguasai teknologi yang dibutuhkan, buat apa,” ujar dia dalam siaran pers yang diterima Kontan.co.id, Kamis (4/6).
Tutuka pun menegaskan, pimpinan yang dibutuhkan Pertamina adalah yang bisa membawa perusahaan tersebut menjadi perusahaan kelas dunia berhubung masalah yang dihadapi juga kelas dunia.
Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menambahkan, Pertamina membutuhkan sosok yang unik, tidak hanya pintar tapi juga mengerti.
Salah satu standar utama adalah kompetensi yang mumpuni dan harus bisa diterima dan berkomunikasi dengan banyak pihak.
“Paling tidak ia bisa berkomunikasi dengan Kementerian ESDM, BUMN, Keuangan dan yang lebih unik bisa komunikasi dengan DPR,” ungkap Komaidi.
Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyebut, pimpinan di hulu migas, termasuk di Pertamina, tidak hanya harus mengerti soal teknis, melainkan juga kemampuan adaptif dalam suatu kasus.
Selain itu, pimpinan Pertamina diharapkan tidak hanya mementingkan sektornya saja, tapi harus bisa melihat lebih luas lagi.
“Butuh sosok yang bisa melihat jangka panjang. Lebih makro akan lebih survive. Jadi harus mempunyai kemampuan prediksi ke depan,” katanya.
Menurut Julius, Pertamina memiliki banyak anak usaha yang sebagian pimpinannya akan memasuki masa pensiun. Namun, usia pensiun bukan berarti tidak produktif lagi.
Dia juga menambahkan, Pertamina merupakan perusahaan besar dan berstatus sebagai BUMN. CEO maupun direksi Pertamina lainnya harus punya pandangan yang lebih luas, tidak hanya bersifat teknis saja.