Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IHSG Diprediksi Sulit Lanjutkan Penguatan

Indikator stochastic dan RSI mulai menjenuh pada area overboght akan menjadi signal pemberat pergerakan IHSG selanjutnya.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in IHSG Diprediksi Sulit Lanjutkan Penguatan
TRIBUN PEKANBARU/Theo Rizky
Staf di Bursa Efek Indonesia (BEI) Kantor Perwakilan Riau di Kota Pekanbaru tengah menganalisa pergerakan harga saham, Rabu (5/9/2018). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Analis Reliance Sekuritas Lanjar Nafi memperkirakan secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak cenderung cukup berat untuk menguat besok.

Lanjar menjelaskan, berat bagi IHSG untuk mencoba bertahan pada zona positif dengan support resistance di level 4.944 hingga 5.080.

Menurutnya, secara teknikal IHSG break out resistance psikologis 5.000 sebagai konfirmasi penguatan lanjutan menuju upper bollinger bands di kisaran 5.120 dan FR161.8% ke level 5.300.

"Indikator stochastic dan RSI mulai menjenuh pada area overboght akan menjadi signal pemberat pergerakan IHSG selanjutnya," ujarnya di Jakarta, Senin (8/6/2020).

Baca: Analis: Penguatan Rupiah Hanya Bersifat Sementara

Sementara, dia menyampaikan, IHSG pada penutupan perdagangan hari ini naik 2,48 persen atau 122,78 poin ke level 5.070,56 dengan saham-saham sektor keuangan dan pertanian memimpin penguatan sektoral.

Baca: PLN: Tagihan Listrik yang Melonjak Bisa Dicicil, Bayar 60 Persen Dulu. . .

Saham BBNI, BBTN, dan BMRI naik signifikan mengiringi peningkatan cadangan devisa yang sesuai ekspektasi sebesar 130,5 miliar dolar Amerika Serikat (AS) berbanding 127,9 miliar dolar AS periode sebelumnya.

Baca: Siap Buka Lagi, Jaringan Bioskop CGV Tunggu Jadwal Resmi dari Pemerintah

Berita Rekomendasi

Kemudian, saham-saham produsen CPO kembali mengalami penguatan dengan PT Salim Ivomas Tbk (SIMP), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), dan PT London Sumatra Plantation Tbk (LSIP) yang naik lebih dari lima persen.

"Ini setelah harga CPO Malaysia tembus harga 2.351 dolar AS per ton mengiringi pengumuman pembebasan 100 persen atas bea keluar CPO hingga 31 Desember 2020. Selanjutnya, nilai tukar rupiah cooling down dengan melemah tipis ke level Rp 13.885 per dolar AS, sehingga investor asing tercatat net sell tipis sebesar Rp 44,02 miliar," pungkas Lanjar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas