Ekonom Indef Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Sulit 2-3 Tahun ke Depan
Sekarang yang menjadi permasalahan, di tengah situasi pandemi ada krisis ekonomi dan kesehatan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang 5 persen akan sulit dalam kurun 2-3 tahum ke depan.
"Yang jelas kita tidak bisa berada pada kurva berbentuk V. Apalagi berbentuk huruf V seperti pada logo Nike. Terlebih kalau kita melihat setelah krisis tahun 98 itu kita kurvanya berbentuk huruf L. Jadi sebelum 98 ekonomi bisa tumbuh 6-7 persen, pasca 98 kurvanya berbentuk L," tutur Bhima saat Diskusi Publik Bravos Radio Indonesia, Senin (29/6/2020).
Baca: Terawan, Juliari hingga Tim Menteri Ekonomi Disebut Berpeluang Direshuffle oleh Jokowi
Sekarang yang menjadi permasalahan, di tengah situasi pandemi ada krisis ekonomi dan kesehatan.
Lebih lanjut, Bhima menekankan bahwa banyak oknum-oknum, korporat dan juga pejabat pemerintah selalu bilang bahwa krisis ini terjadi karena pandemi.
"Kenapa tujuannya itu, karena watak dari disaster capitalism atau kapitalis bencana. Itu juga muncul pada waktu krisis tahun 98 dengan kasus BLBI. Waktu krisis tahun 2008 muncul dengan skandal Bank Century. Tahun 2020 karyanya makin banyak lagi. Jadi korporasi makin banyak yang antri untuk minta stimulus yang menurut saya ngga logic," ungkap Bhima.
Bima menyarankan pemerintah untuk memberikan stimulus kepada masyarakat yang terkena PHK, agar bisa mendongkrak daya beli.
Jika stimulus masih tidak tepat sasaran, dikhawatirkan akan terjadi PHK gelombang kedua di Semester 2.
"Bagaimana caranya ide-ide besar harus hadir mulai dari dibalik, bahwa stimulus 80 persen bukan untuk korporat, namun langsung masuk kepada mereka yang menjadi korban PHK, kepada UMKM untuk modal kerja dan lain-lain," jelasnya.
Baca: Moeldoko: Presiden Jokowi Siap Ambil Risiko agar Dicontoh Para Menteri
Sayangnya, stimulus yang dicanangkan oleh pemerintah untuk saat pandemi malah ditujukan kepada para perusahaan.
"Tapi karena kabinetnya atau tim ekonominya tunduk pada disaster kapitalism, sehingga apa yang diminta oleh para corporate-corporate yang rakus ini kemudian semuanya dituruti," kata Bhima.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.