Likuiditas dan Permodalan Jadi Acuan Utama Perbankan Menghadapi Era New Normal
Melihat hal ini, tentu perbankan butuh tambahan modal besar demi menjaga posisi likuiditas tetap terjaga, di tengah kondisi pandemi saat ini.
Editor: Malvyandie Haryadi
Sementara itu, Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk, Ryan Kiryanto menuturkan, permodalan itu sangat penting buat bank di tengah kondisi pandemi yang belum diketahui ujungnya hingga kini. Karena dengan modal yang cukup, bank bisa lebih kuat lagi dalam mendukung operasionalnya. Apa lagi dit engah kondisi seperti saat ini.
Ada dua cara yang bisa dilakukan bank untuk menjaga kecukupan modalnya, bisa lewat suntik modal langsung dari pemegang saham pengendali, atau bisa juga dengan tidak membagikan dividen.
"Perbankan harus lari marathon dalam jangka panjang ini untuk bertahan. Sampai kita benar-benar tahu kapan produksi vaksin dan pendistribusiannya," jelas Ryan.
Menurutnya, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan quantitative easing atau kebijakan pelonggaran moneter sehingga bank-bank bisa bergerak lebih leluasa.
Dia melihat, Capital Adequacy Ratio (CAR) secara industri sejauh ini sudah menurun dari 23% ke level 21% hingga Maret 2020.
Artinya sejauh ini telah banyak bank-bank telah mengeluarkan dana pencadangannya.
Bank pun saat ini tidak hanya harus menjaga kualitas asetnya, tapi juga harus menjaga likuiditasnya. Sehingga penting bank-bank menjaga kecukupan modalnya.
"Karena likuiditas itu diibaratkan seperti darah. Di situ ada vitamin, nutrisi dan sebagainya. Jika bank likuiditasnya kering, bisa bahaya," tutup Ryan.
Berita ini tayang di Kontan dengan judul: Hadapi kenormalan baru, likuiditas dan permodalan menjadi acuan utama perbankan