Jokowi Sebut Ekonomi saat Ini ''Mengerikan'', Ekonom INDEF: Lebih Parah dari 1998
Menurutnya, situasi krisis ekonomi saat ini bahkan lebih parah jika dibandingkan dengan krisis sebelumnya
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom INDEF Bhima Yudhistira membenarkan bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut ekonomi global di masa pandemi virus corona (Covid-19) ini 'mengerikan'.
Menurutnya, situasi krisis ekonomi saat ini bahkan lebih parah jika dibandingkan dengan krisis sebelumnya yang terjadi pada tahun 98 dan 2008 silam.
Saat itu, sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih mampu untuk bertahan menghadapi krisis ekonomi.
"Situasinya memang mengkhawatirkan, karena krisis 98 dan 2008 itu UMKM masih bisa bertahan," ujar Bhima, kepada Tribunnews, Jumat (10/7/2020).
Di masa krisis 98 dan 2008, kata dia, para pekerja sektor formal yang terpaksa harus mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pun masih bisa dialihkan ke sektor UMKM.
"Pekerja yang di PHK dari sektor formal seperti pabrik pengolahan, bisa ditampung ke UMKM," jelas Bhima.
Sedangkan untuk krisis yang disebabkan pandemi corona, para pelaku UMKM ini cenderung tidak bisa bertahan dan sangat terpuruk.
"Sementara di tahun 2020 ini, bahkan UMKM secara umum sulit bernafas akibat pandemi," kata Bhima.
Bahkan jika dibandingkan dengan dua krisis sebelumnya, kali ini tentunya berbeda.
Karena yang dihadapi kali ini tidak hanya krisis ekonomi, namun juga kesehatan.
Sehingga Bhima menilai krisis yang terjadi pada 2020 ini bisa dianggap terparah dalam sejarah.
"Krisisnya juga beda, ada krisis ekonomi dan kesehatan sekaligus. Bukan tidak mungkin kedalaman krisis 2020 adalah yang terparah sepanjang sejarah," tegas Bhima.
Ia bahkan menyamakan krisis ekonomi yang terjadi saat ini dengan depresi besar pada tahun 1930.