Jelang Hari Kemerdekaan, Utang Indonesia Nyaris Sentuh Rp 6.000 Triliun
Jelang Hari Kemerdekaan ke-75 pada 17 Agustus 2020 mendatang, Indonesia mencatat peningkatan Utang Luar Negeri (ULN) jadi sebesar 408,6 miliar dolar
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jelang Hari Kemerdekaan ke-75 pada 17 Agustus 2020 mendatang, Indonesia mencatat peningkatan Utang Luar Negeri (ULN) jadi sebesar 408,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 5.924 triliun (kurs Rp 14.500) per akhir kuartal II 2020.
Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan, utang ini terdiri dari ULN sektor publik atau pemerintah dan Bank Sentral sebesar 199,3 miliar dolar AS dan ULN sektor swasta, termasuk BUMN senilai 209,3 miliar dolar AS.
"ULN Indonesia tersebut tumbuh 5 persen dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Lebih tinggi juga dibanding pertumbuhan kuartal I 2020 sebesar 0,6 persen (yoy)," ujarnya, Jumat (14/8/2020).
Onny menjelaskan, peningkatan utang tersebut disebabkan oleh transaksi penarikan neto ULN, baik ULN pemerintah maupun swasta.
Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berkontribusi terhadap peningkatan nilai ULN berdenominasi rupiah.
Baca: BI Catat Utang Luar Negeri Swasta Melambat, Berikut Sebarannya
Baca: Utang Luar Negeri RI Kini Mencapai Rp 5.526,8 triliun
"ULN pemerintah mencatat peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Posisi ULN Pemerintah pada akhir kuartal II 2020 tercatat sebesar 196,5 miliar dolar AS atau tumbuh 2,1 persen (yoy). Sedangkan, pada kuartal sebelumnya mengalami kontraksi 3,6 persen (yoy)" kata Onny.
Peningkatan ULN pemerintah, lanjutnya, terjadi seiring penerbitan sukuk global untuk memenuhi target pembiayaan, termasuk satu seri green sukuk untuk mendukung pembiayaan perubahan iklim.
Sementara itu, Onny menambahkan, ULN swasta juga mengalami peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya yakni tumbuh 8,2 persen pada kuartal II (yoy).
"Pertumbuhan itu lebih tinggi dibanding dengan kuartal sebelumnya sebesar 4,7 persen (yoy). Perkembangan ini disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan, sedangkan ULN lembaga keuangan tercatat kontraksi," pungkasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.