Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

INDEF: Pemerintah Harus Lebih Serius Urusi Industri Hasil Tembakau

IDEF menyebut, IHT selalu bersingunggan dengan berbagai kepentingan mulai dari petani sampai pemerintah, dan juga dari sisi kesehatan

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Choirul Arifin
zoom-in INDEF: Pemerintah Harus Lebih Serius Urusi Industri Hasil Tembakau
IMPERIAL COLLEGE
ILUSTRASI 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menegaskan, pemerintah harus lebih serius mengurusi Industri Hasil Tembakau (IHT) karena pemerintah menerima hasil yang cukup besar dari cukai rokok.

Menurutnya, IHT sangat strategis sebab memiliki mata rantai yang tidak sedikit dan selalu bersingunggan dengan berbagai kepentingan mulai dari petani sampai pemerintah, dan juga dari sisi kesehatan.

"Sehingga harusnya ada roadmap besar secara keseluruhan. Di mana ini tahapan goalnya seperti apa, dan ini harus berjalan konsisten dan jangan dari satu sektor saja,” ucap Ahmad Heri dalam diskusi virtual, Minggu (23/8/2020).

“Untuk itu harus jelas mau dibawa kemana industri ini, jadi ini harus dibangun melalui roadmap," serunya.

Baca: Petani Tembakau Temanggung Keberatan Tarif Cukai Naik

Kemudian sejalan dengan peran strategis ini, IHT juga memiliki tantangannya juga makin beragam.

“Selain menghadapai kebijakan cukai yang dinamis, kemudian ada tantangan seperti rokok ilegal," tuturnya.

Baca: Bea Cukai Kendari dan BNN Amankan 19.52gr Tembakau Gorila

Berita Rekomendasi

Ia juga menyoroti sektor hulu IHT yang juga semakin tertekan karena ada serangan dari tembakau impor.

Peneliti Unpad Bandung Satriya Wibawa mengharapkan peta jalan atau road map Industri Hasil Tembakau ini disepakati bersama oleh pihak-pihak terkait, tanpa ada ego sektoral di tiap kementerian.

“Targetnya apa dan alatnya dipersiapkan bersama sehingga tahu apa yang menjadi tujuan dan prioritas,” katanya.

Menurutnya, IHT adalah hal yang sangat kompleks sehingga kita tidak bisa mengabaikan bahwa harga di sini tidak sesuai dengan daya beli masyarakat.

“Itu karena industri tembakau Indonesia ada di dalam negeri bukan di luar negeri. Ini akan mengakibatkan pengurangan pekerja di beberapa industri," tegasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas