Jurang Resesi di Depan Mata, Ekonom Core: Normal di Tengah Wabah, Masyarakat Tidak Perlu Panik
hampir semua negara di dunia mengalami resesi dan yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jurang resesi sudah di depan mata, lalu bagaimana sikap kita menghadapi resesi ekonomi?
"Saya sudah dari beberapa minggu lalu sampaikan masyarakat tidak perlu panik. Sekali lagi resesi sudah menjadi sebuah kenormalan baru di tengah wabah," kata Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah kepada Tribun, Jumat (25/9/2020).
Piter menyerukan, hampir semua negara di dunia mengalami resesi dan yang lebih penting bagaimana dunia usaha bisa bertahan di tengah resesi.
Menurutnya, apabila dunia usaha bisa bertahan, tidak mengalami kebangkrutan, maka kita akan bisa segera bangkit kembali dengan cepat.
"Kita optimis dengan berbagai kebijakan yang sudah diambil oleh pemerintah melalui program PEN, kita akan bisa meningkatkan daya tahan dunia usaha kita, dan kita akan recovery pada tahun 2021," urainya.
Ekonom Indef Sebut RI Dibayangi PHK Massal
Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi, perekonomian nasional akan memasuki masa resesi di akhir September 2020 ini.
Bendahara Negara itu mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III mendatang bakal berada di kisaran -2,9 persen hingga -1,1 persen.
Jika proyeksi tersebut terjadi, maka ekonomi Indonesia masuk dalam definisi resesi secara teknis. Yakni, pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut. Sebab pada kuartal II yang lalu, Indonesia telah mencatatkan pertumbuhan ekonomi minus 5,32 persen.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, mengatakan resesi ekonomi secara resmi baru akan diumumkan pada 5 november sesuai jadwal dari Badan Pusat Statistik yang mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal ke III.
Baca: Marwan: Resesi Bukan Akhir dari Segalanya, Kita Bangsa yang Punya Optimisme
Baca: Hadapi Resesi, Muhammadiyah Minta Pemerintah Terus Salurkan BLT untuk Rakyat Kecil
Meskipun belum diumumkan, namun Bhima menyampaikan sejumlah indikator bahwa negara sudah masuk resesi. Bhima menjelaskan, dari data terakhir saat ini pertumbuhan kredit per Juli bergerak di 1 persen, angka yang cukup rendah dengan pertumbuhan kredit modal kerja minus 1,7 persen.
Selain itu, indeks kepercayaan konsumen berada di level 89,6 atau dibawah level optimisme 100. Artinya konsumen sedang pesimis melihat prospek ekonomi.
Dari sektor otomotif, penjualan sepeda motor juga turun 42 persen pada periode Januari-Juli 2020.