1 Tahun Pemerintahan Jokowi-Maruf: Berapa Banyak Utang Luar Negeri RI Bertambah?
Hari ini tepat satu tahun pemerintahan Jokowi-Maruf atau periode kedua kepemimpinan Jokowi. Di antara masalah yang disorot adalah utang pemerintah
Penulis: Malvyandie Haryadi
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan, pemerintah telah menambah pembiayaan atau utang baru sebesar Rp 810,8 triliun hingga akhir September 2020.
Baca juga: Bank Dunia Rilis Daftar Utang Luar Negeri, Indonesia Masuk 10 Negara, Ini Kata Pemerintah
Kenaikan pembiayaan tersebut mencapai 155,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 317,9 triliun.
Nilai pembiayaan utang tersebut mencapai 66,4 persen dari target yang terdapat dalam Perpres 72 tahun 2020, yakni sebesar Rp 1.220 triliun.
Sri Mulyani: Rasionya Masih Lebih Rendah dari Negara Lain
Indonesia masuk ke dalam kategori 10 negara paling banyak memiliki utang luar negeri.
Bank Dunia memaparkan data terbaru tersebut melalui laporan Interational Debt Statistics (IDS) yang dirilis pada 12 Oktober 2020.
Dalam laporan tersebut, Indonesia berada pada posisi ketujuh dari daftar 10 negara berpendapatan kecil menengah dengan nilai utang luar negeri terbesar di dunia.
Secara keseluruhan, utang luar negeri Indonesia tercatat mencapai 402,08 miliar dollar AS pada tahun 2019.
Total nilai utang itu terdiri atas utang luar negeri pemerintah, BUMN, dan swasta.
Total nilai utang tersebut berada di bawah China dengan total nilai utang sebesar 2,1 triliun dollat AS, Brazil 569,39 miliar dollar AS, dan India 560,03 miliar dollar AS.
Menanggapi hal itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan, meski utang RI terus naik, rasio utangnya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tetap lebih rendah dari negara-negara lain.
Menteri Keuangan Sri Mulyani membandingkan rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia dengan beberapa negara pada 2019 ke 2020.
"Amerika Serikat (rasio utang) sudah menembus di atas 100 persen dan sekarang bahkan mendekati 131 persen. Perancis juga sudah menembus 100 persen yakni dari 98 persen ke 111 persen utangnya terhadap PDB, lalu Kanada juga sudah menembus 100 persen dari 88 persen ke 114 persen," ujarnya saat konferensi pers virtual, Senin (19/10/2020).
Sri Mulyani melanjutkan, rasio utang Inggris naik dari 85 persen hingga menembus 100 persen meski tidak sebesar Jepang yang sudah di atas 200 persen.