Pesta Judi Bitcoin Mulai Berakhir, Investor Bisa Lirik Investasi di Saham-Saham Ini
Harga Bitcoin perlahan turun dari sebelumnya Rp 800 juta lebih, kini turun ke posisi di bawah Rp 700 juta per keping selama beberapa hari ini.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin perlahan turun dari sebelumnya mencapai Rp 800 juta lebih, kini turun ke posisi di bawah Rp 700 juta per keping selama beberapa hari ini.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, tidak heran melihat harga Bitcoin jatuh baru-baru ini.
Menurut dia, Bitcoin sebagai cryptocurrency atau mata uang kripto merupakan tempat investasi yang mengarah ke judi karena sepenuhnya dari spekulasi tanpa fundamental memadai.
"Bitcoin adalah judi alias zero sum game istilah kerennya. Tidak ada fundamentalnya, sehingga harga benar-benar tergantung suplai dan permintaan," ujarnya melalui pesan singkat kepada Tribunnews, Rabu (24/2/2021).
Baca juga: Elon Musk Kehilangan Rp 211 Triliun dalam Sehari setelah Berkomentar soal Harga Bitcoin
Sementara itu, dia memperkirakan, uang yang sudah ditarik pemilik modal besar atau big money dari Bitcoin akan ditempatkan di beberapa instrumen, di antaranya saham.
Baca juga: Investor Disarankan Jauhi Bitcoin karena Cenderung Spekulatif dan Tidak Ada Dasar Hitungannya
"Mungkin bisa ke aset kelas lain yakni komoditi, properti, forex, saham, dan lainnya," kata Budi.
Dia memperkirakan beberapa sektor saham yang akan menanjak tahun ini terkait otomotif, alat berat, dan pariwisata.
"Kalau saya lihat yang bangkit mengarah ke pembalikan ekonomi atau ekspansi yang sifatnya cyclical mengikuti makro yakni industri otomotif, alat berat, pariwisata. Kalau tidak tahun ini ya tahun depan," tuturnya.
Budi memproyeksikan sektor konsumer tetap bertahan serta properti mendekati akhir tahun ada momen kenaikan karena banyak orang tetap menjadikan tempat tinggal sebagai kebutuhan utama.
Selanjutnya, infrastruktur selalu disebut karena dukungan anggaran negara bagus, tapi ada satu masalah yakni rasio utang tinggi.
"Telekomunikasi juva bagus saat pandemi. Mengganti kegiatan jadi serba daring itu menarik sama mau ada gelaran 5G," pungkas Budi.