Ancaman Tutup Pabrik di Balik Insentif Pajak PPnBM Nol Persen
Soal PPnBM 0 persen, Mendag menyatakan langkah ini memang harus diambil tujuannya tidak lain menghabiskan stok mobil yang tersedia di gudang.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai awal Maret 2021, pembelian mobil baru dengan ketentuan akan menikmati fasilitas pajak PPnBM nol persen.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan langkah ini memang harus diambil tujuannya tidak lain menghabiskan stok mobil yang tersedia di gudang.
"Yang terjadi dengan industri otomotif kita, biasanya kita menjual 1,1 juta mobil baru setiap tahunnya, tahun 2020 kita hanya menjual 550 ribu. Tiba-tiba stok otomotif kita tinggi sekali, kata Mendag dalam konpers Ekspor Impor Januari 2021, Kamis (25/2/2021).
Baca juga: Aturan Relaksasi PPnBM Segera Terbit, Dampaknya Akan Terasa di Pasar Mobil Bekas
Mendag menegaskan bahwa industri otomotif adalah sektor yang mempekerjakan banyak sekali high skilled labor atau pekerja terdidik terampil dengan jumlah mencapai 1,5 juta bahkan menurut Bappenas mencapai 3,2 juta pekerja.
"Kalau seumpama kita tidak berikan insentif ke industri otomotif dan mereka memiliki stocking yang banyak, pabrik-pabrik mobil tersebut, mereka akan menutup pabriknya," ucap Lutfi.
Dia menuturkan bahwa diperlukan upaya mengintensifkan ekspor lewat insentif supaya orang-orang kembali konsumtif.
Baca juga: Sri Mulyani: Finalisasi Aturan PPnBM Kendaraan Bermotor Segera Keluar
Baca juga: Relaksasi PPnBM Berlaku Awal Maret, Indigo Auto: Mobil Bekas Umur 2 Tahun Paling Terpengaruh
Menurutnya, setelah stok sudah habis maka pabrik-pabrik akan kembali mengerjakan shifting pekerjanya.
Mendag juga mengaku sudah meminta prinsipal otomotif di Jepang agar memastikan mereka memakai fasilitas ekspor mobil mereka dari Indonesia ke mancanegara.
Utamanya lagi bagi negara yang mempunyai perjanjian perdagangan dengan Indonesia, contohnya Australia.
"Australia itu punya 1,2 juta konsumsi mobilnya setiap tahun. Indonesia menikmati nol persen dari pasar tersebut. Kami ingin memastikan bahwa pabrik-pabrik Indonesia mendapat alokasi untuk mengekspor ke sana," imbuhnya.
Indonesia pada 2019 mengekspor 310 ribu mobil dengan hasil devisa 8,2 miliar dolar AS.
Sedangkan pada 2020 ekspor mobil RI turun 19,25 persen atau di bawah 250 ribu unit mobil dengan devisa 6,6 miliar dolar AS.
"Kalau kita dapat menjual lebih 100 ribu unit saja maka growth kita sedikitnya tumbuh 4 miliar dolar AS," tuntasnya.