Menkop Teten Ungkap Masalah Brand Lokal Sulit Bersaing dengan Brand Asing
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan persoalan brand lokal yang sulit bersaing dengan brand asing.
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkapkan persoalan brand lokal yang sulit bersaing dengan brand asing.
Menurutnya selama ini brand lokal yang bagus tidak diberi tempat ruang usaha.
Misalnya saja brand lokal tidak bisa masuk di mal kelas atas di mana tempat premium place-nya dikasih ke brand luar.
Baca juga: Menkop Teten Yakini Industri Fesyen Muslim Indonesia akan Mendunia
“Penting untuk menghadirkan produk lokal agar bisa bersaing dengan brand asing,” ucap Teten dalam keterangan, Senin (22/3/2021).
Dia menuturkan padahal kopi dengan brand lokal jauh lebih diminati daripada brand luar.
Selain itu, sepatu olahraga buatan anak muda Bandung pun terbukti masuk ke mal kelas atas di Tokyo.
"Ini harus ada keberanian dari pengelola mal kita untuk menghadirkan brand-brand lokal agar tidak kalah dengan brand besar," jelas MenkopUKM.
Baca juga: Kisruh Skema Baru Bagi Hasil GoFood dengan Mitra, Begini Respons KemenkopUKM
Bagi Teten, ini juga merupakan bagian dari kampanye produk lokal.
Karena, di dalam negeri banyak produk lokal yang kualitasnya lebih bagus dan harganya lebih murah, tapi brand image-nya kurang dibangun dengan baik.
Teten menegaskan digitalisasi UMKM juga menjadi kunci kebangkitan UMKM di era new normal.
Pemerintah terus mendorong UMKM go digital melalui program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
"Digitalisasi UMKM tidak hanya sebatas pada tahap on boarding UMKM ke platform e-commerce. Namun, bagaimana agar UMKM tersebut mampu berkompetisi dan bertahan di ekosistem digital," tandas Teten.
Pemerintah menargetkan pada 2023 ada tambahan 30 juta UMKM Indonesia yang terintegrasi dalam ekosistem digital (on-boarding).
"Dalam Gernas BBI, kita ingin melibatkan makin banyak platform digital. Maka, UMKM harus siap transformasi masuk ke digital," kata Teten.
Pada periode ini, lanjut Teten, gerakan akan fokus pada produk-produk artisan.
Yakni produk-produk yang sudah dikurasi menjadi produk unggul, tetapi bukan mass production.
Misalnya, produk costum, hand made, serta produk berkualitas premium yang bisa bersaing dengan produk asing.
Costum product memiliki market demand yang tinggi dan sedang menjadi tren.