Menyelami Keindahan Nusantara Melalui Pagelaran “An Exotic Journey to Nusantara”
Jelita menambahkan bahwa The Palace memenuhi kebutuhan orang yang berbeda-beda, tetapi tetap dapat mempresentasikannya secara classy.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Begitu banyak unsur yang dapat disampaikan untuk menjelaskan keindahan Indonesia. Dan, The Palace Jeweler secara apik menyampaikannya dari sudut pandang perhiasan yang terinspirasi dari keindahan siluet aksesoris tradisional Indonesia.
Bersama perancang busana Samuel Wattimena, The Palace menyajikan sebuah koleksi perhiasan bernama Nusantara yang kini telah memasuki tahun ke-4, sejak pertama kali meluncur di 2017. Bermula dari 20 model perhiasan seri Nusa, kini telah mencapai 86 model perhiasan dari tambahan seri baru, yakni Anta dan Tara.
Koleksi perhiasan Nusantara yang terdiri dari tiga seri ini (Nusa, Anta, dan Tara) terinpirasi dari siluet aksesoris tradisional Indonesia yang dihadirkan kembali dengan tampilan modern tanpa meninggalkan roso dan filosofi yang memperkaya aksesoris aslinya.
Seperti pada seri Nusa pada koleksi Nusantara. Di seri ini, Samuel Wattimena terinspirasi dari siluet pending. Pending sebenarnya merupakan aksesoris pakaian berbentuk kepala ikat pinggang yang awam dilihat pada pakaian tradisional Indonesia bagian Barat, tepatnya Sumatera.
Menurut Notty J Mahdi, antropolog dari Forum Kajian Antropologi Indonesia, yang mendampingi The Palace dalam menelusuri filosofi dari setiap koleksi Nusantara, menyampaikan pending biasa dipakai pada saat upacara pernikahan dan perayaan hari besar lainnya, seperti Imlek dan Cap Go Meh. Pada awalnya, pending berbentuk bulat atau oval dengan filosofi agar rezeki dan kebahagiaan terus berputar. Dalam koleksi perhiasan Nusantara, perhiasan ini mewujud antara lain dalam bentuk kalung dan gelang.
Adapun seri Anta terinspirasi oleh perhiasan khas Sumba, mamuli dan marangga, yang mewakili warisan tradisi Indonesia bagian tengah. Mamuli berbentuk menyerupai mata pena di bagian atasnya dan mengecil di bagian bawah dengan aneka ornamen di sekitarnya. Mamuli dikenakan di telinga sekaligus menjadi penanda identitas perempuan, kesuburan, rahim yang melahirkan generasi penerus.
Untuk seri Tara, Samuel menggali inspirasi dari perhiasan yang dapat ditemukan di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, yakni mas bulan base, belak, dan pepek soriti. Belak ialah tanda cinta laki-laki yang dibawa pada sang kekasih saat melamar. Dalam seri ini diwujudkan dengan apik dalam aneka motif berlapiskan emas yang berpadu berlian.
“Untuk ke depannya, kami sedang mengeksplorasi untuk menambah keindahan koleksi ini dengan material Precious Stone seperti Rubi dan Saphir,” ungkap GM The Palace Jeweler Jelita Setifa.
Tampilan koleksi nusantara dalam “An Exotic Journey to Nusantara"
Seiring berjalannya waktu bagi koleksi Nusantara dan masih terus berkolaborasinya The Palace Jeweler dengan Samuel Wattimena sekaligus memperkenalkan koleksi terbaru nusantara , maka dalam rangka fashion show virtual Samuel Wattimena yang di inisiasi oleh KBRI Seoul di Korea Selatan pada 27 Maret mendatang, Samuel membawa kembali koleksi ini ke audien yang lebih luas lagi. Fashion show ini diberi nama “An Exotic Journey to Nusantara”.
Fashion show yang dihadirkan dalam konsep sustainability fashion dan zero waste ini juga sebagai retropeksi perjalanan karir Samuel Wattimena setelah lebih dari 40 tahun sudah. Dari 40 look yang ditampilkan, banyak di antaranya bukanlah karya baru. Oleh karena itu, dengan selalu menjadi malati atau teman baik bersama Samuel, The Palace Jeweler ikut serta dalam menguatkan konsep tersebut.
“Jadi memang pakaian-pakaian yang dipertunjukan oleh Pak Sam kali ini, tidak semua karya baru. Dalam artian, karya Pak Sam di era 70 - 90’an kembali diperlihatkan dalam pagelaran kali ini. Salah satu pesan pentingnya bahwa untuk tampil trendi tak melulu harus pakai pakaian baru. Koleksi Nusantara melengkapi hal itu, ketika perhiasan/aksesoris yang digunakan bernilai long lasting tentunya lebih masuk untuk digunakan di era apa saja, bahkan untuk pemakaian sehari-hari (daily wear). Di sinilah, show purpose couture yang disampaikan,” terang Jelita.
Bagi Samuel Wattimena sendiri, kolaborasi yang tersaji dalam koleksi Nusantara ini dapat menjadi sebuah bentuk contoh kerja sama yang baik karena sama-sama memiliki visi yang sejalan. Sejalan dalam mencintai dan mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia.
“Koleksi ini tidak dapat tercipta jika di antara kami tidak saling membuka diri. Tim The Palace terdiri dari orang-orang yang begitu open untuk saling bertukar ide. Karena sejatinya, koleksi ini bukan sekadar tentang berliannya (diamond), tetapi lebih kepada heritage-nya (warisan budayanya),” tegas Samuel.
Jelita menambahkan bahwa The Palace memenuhi kebutuhan orang yang berbeda-beda, tetapi tetap dapat mempresentasikannya secara classy.
“Sebuah koleksi yang dapat dikenakan di manapun dengan gaya berpakaian apapun dengan tetap mengedepankan keindahan bentuk dan warisan filosofi Nusantara,” pungkas Jelita.