Erick Thohir Pastikan Tidak Ada Halangan Bagi China Berinvestasi di Indonesia
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakinkan investor asal China untuk dapat berinvestasi di Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bambang Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meyakinkan investor asal China untuk dapat berinvestasi di Indonesia.
Terutama investasi terkait pembangunan dan pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle Battery/ EV Baterry) di tanah air.
Menurut Erick, dirinya bersama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), siap menyelesaikan berbagai permasalahan apabila investor tersebut mengalami kesulitan untuk berinvestasi di negera ini.
"Kami Kementerian BUMN memastikan juga bahwa bila (investor) ada kesulitan apapun di lapangan, tentu kami bekerja sama dengan BKPM," jelas Menteri Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (2/4/2021).
Baca juga: Menteri Erick Terbang ke Cina, Bahas Pembangunan Industri Baterai Kendaraan Listrik
"Hal tersebut untuk memastikan, agar dapat menyelesaikan segala halangan yang bisa membuat tidak melancarkan investasi ini dengan tepat waktu," lanjutnya.
Seperti diketahui, Menteri Erick Thohir, hari ini (2/4/2021) melakukan kunjungan kerja ke Tiongkok.
Salah satu tujuannya untuk membahas kerjasama terkait pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik (Electric Vehicle Battery/ EV Baterry).
Dalam hal ini Menteri Erick bertemu dengan perwakilan dari CBL yang merupakan konsorsium Tiongkok yang terdiri dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL), Brunp, dan Lygend.
Konsorsium ini bermitra dengan konsorsium BUMN yang terdiri dari MIND ID, Pertamina, PLN, dan Antam untuk pengembangan EV Battery.
"Kami rapat terkait pembangunan EV Baterry. Yaitu antara konsorsium PLN, Pertamina, dan tentunya MIND ID, dengan perusahaan besar CATL dan CBL," jelas Erick.
Dirinya melanjutkan, rapat dengan perusahaan asal Tiongkok ini bertujuan untuk memuluskan kerjasama.
Sehingga, pembangunan dan pengembangan industri baterai ini dapat berjalan tepat waktu.
Erick menyebutkan, nilai investasi yang diberikan CATL untuk proyek industri baterai ini senilai USD 5 miliar.
"Total investasinya USD 5 miliar. Yang ingin dipastikan keberlanjutan partnership ini memang bisa berjalan on time. Bahkan, bisa dipercepat," pungkasnya.