Dorong Ketahanan Pangan, Pusri Paparkan Rencana Bangun Pabrik Baru, Ini Kata Mentan SYL
Sebagai salah satu upaya untuk mendorong program ketahanan pangan, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) membangun pabrik baru di Palembang.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai salah satu upaya untuk mendorong program ketahanan pangan, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) membangun pabrik baru di Palembang.
Pembangunan tersebut juga dilakukan untuk menggantikan pabrik Pusri III dan IV yang sudah berusia 47 tahun sehingga dinilai sudah tidak efisien dan harus ada revitalisasi pabrik.
Direktur Utama PT Pusri Tri Wahyudi Saleh menyampaikan bahwa revitalisasi pabrik dilakukan agar pupuk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik.
Baca juga: Jamin Ketersediaan Pupuk Subsidi Nasional, Mentan SYL Kunjungi Pabrik PT Pusri
"Dengan semakin baik produksi pupuk dan serangkaian program yang dilakukan untuk ketahanan pangan, diharapkan dapat membantu petani mencapai hasil yang optimal serta meningkatkan kesejahteraan petani,” jelas Tri di hadapan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
Hal tersebut dikatakan Tri saat mendampingi Mentan SYL bersama jajaran Kementerian Pertanian (Kementan) melihat langsung kesiapan Pusri untuk memenuhi pupuk subsidi nasional tersebut, Jumat (28/5/2021).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung rencana anak usaha holding PT Pupuk Indonesia, PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri), membangun pabrik baru Pusri III-B di Palembang untuk mengganti dua pabrik yang lama yakni Pusri III dan Pusri IV.
“Saya setuju Pusri terus berkembang, negeri ini butuh pupuk yang baik ke depan,” kata Mentan Syahrul dalam kunjungan kerjanya memantau ketersediaan pupuk di Gudang Pusri Palembang.
Ia mengatakan pupuk sebenarnya bukan hanya dibutuhkan secara nasional tapi negara lain yang memproduksi beras.
“Artinya bisa diekspor ke depannya pupuk Pusri ini bisa diekspor,” kata Mentan Syahrul.
Tinjau Pabrik
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo didampingi Direktur Utama PT Pusri Palembang, Tri Wahyudi Saleh dan jajarannya meninjau pabrik dan gudang pupuk di komplek PT Pusri Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (28/5/2021).
Mentan Syahrul melihat langsung kesiapan Pusri dalam rangka memenuhi kebutuhan pupuk subsidi nasional.
"Kita berharap perencanaan kebutuhan pupuk melalui rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) yang sudah mengalami validisasi berjenjang sesuai dan tidak mengalami keterlambatan di lapangan," kata Mentan.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pusri, Tri Wahyudi Saleh menyampaikan pada Tahun 2021, Pusri berkewajiban menyalurkan 230.000 ton pupuk urea dan NPK bersubsidi ke 17 Kabupaten/kota di Sumsel.
Terkait kebutuhan petani, Pusri juga menyediakan pupuk nonsubsidi dimana kapasitas produksi perusahaan akan memenuhi kebutuhan di Sumsel yang saat ini ditetapkan sebagai daerah penyangga panggan nasional dalam Program Food Estate.
Lebih lanjut Tri menyampaikan sebagai salah satu upaya mendorong program ketahanan pangan, Pusri akan membangun pabrik baru di Palembang menggantikan Pabrik Pusri III dan IV yang sudah berusia 47 tahun yg dinilai sudah tidak efisien sehingga harus ada revitalisasi Pabrik.
"Dengan semakin baik produksi pupuk dan serangkaian program yg dilakukan untuk ketahanan pangan, hal ini diharapkan dapat membantu petani mencapai hasil yang optimal serta meningkatkan kesejahteraan petani" ujar Tri.
Mentan meninjau pabrik PT Pusri Palembang, dan mengharapkan mudah-mudahan penyaluran pupuk dapat tepat waktu di lini satu, di propinsi, lini dua di kabupaten dan lini tiga di kecamatan dan seterusnya.
Menurut Mentan SYL, selama ini pengawasan distribusi pupuk subsidi menggunakan kode industri, ke depan model pengawasan akan dikembangkan dengan menggunakan barcode sehingga jalurnya jelas dan ini akan terus disempurnakan.
Permintaan pupuk subsidi kurang lebih mencapai 24 juta ton. Dan kita tetap berusaha untuk meningkatkan walaupun kemampuan negara baru bisa memenuhi 9 juta ton.
"Oleh karena itu, tidak semua harus menggunakan pupuk subsidi. Pemerintah sudah menyediakan kredit usaha rakyat (KUR) yang bisa dimanfaatkan sebagai pembiayaan usaha tani yang bisa digunakan untuk keperluan pupuk," ungkapnya.
Sebagai informasi, nilai Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet KUR di sektor pertanian tahun 2020 hanya 0.6 persen dari total nilai pinjaman KUR. Hal ini menegaskan bahwa pengembalian dana pinjaman KUR cukup sehat bagi sektor perbankan.(Kompas.com, Tribuntimur)