Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Program Kartu Prakerja Atasi Tiga Masalah Utama Ketenagakerjaan Indonesia

Persoalan mismatch di dunia kerja tak hanya mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran karena minimnya kualifikasi pencari kerja.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Program Kartu Prakerja Atasi Tiga Masalah Utama Ketenagakerjaan Indonesia
Istimewa
Diskusi ‘Bicara Prakerja’ bertema ‘Job, Skills and Trainings Prakerja’ di Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, akhir pekan ini. 

Hanya saja, untuk memenuhi tingginya permintaan pasar itu, para pencari kerja harus juga melengkapi dirinya dengan kemampuan beradaptasi pada Industri 4.0.

"Tak hanya hardskill, tapi perlu menambah softskill, misalnya kemampuan berbahasa asing serta problem solving. Jika ‘lubang’ ini bisa ditutup, maka antara demand and supply di dunia kerja pun akan matching," kata Reynata.

Reynata juga mengungkapkan, berdasarkan pengamatan di job portal yang dikelolanya, ada pola baru pada permintaan lowongan pekerjaan akhir-akhir ini.

"Ada tren untuk mencari tenaga kerja yang sifatnya remote atau bisa bekerja jarak jauh. Ekspekstasi skillnya tentu berbeda. Ada seleksi kemampuan berkolaborasi, komunikasi, serta kedisiplinan dan fleksibilitas jam kerja. Permintaan pekerjaan seperti ini cukup tinggi di bidang teknologi informasi," kata Reynata.

Di akhir diskusi, ketiga narasumber sepakat bahwa keberlanjutan Program Kartu Prakerja sangat relevan, meski karena alasan protokol kesehatan Covid-19 masih harus berlangsung secara dalam jaringan (daring).

"Justru dengan metode daring seperti ini, angkatan kerja kita sudah mendapat pelatihan lebih awal untuk memasuki era Industri 4.0," kata Izza.

Senada disampaikan Reynata, bahwa dengan adaptasi yang terjadi saat ini, maka pola pekerjaan luring tak akan kembali 100 persen secara dahulu.

Berita Rekomendasi

"Pola pembelajaran daring di pelatihan Kartu Prakerja sangat relevan ke depan, seiring makin banyaknya permintaan posisi pekerjaan secara remote," ungkapnya.

Sumarna menekankan bahwa metode pelatihan berbasis digital merupakan keniscayaan, meskipun nanti pandemi sudah hilang dari bumi ini.

"Pelatihan luring dan daring akan saling melengkapi, terutama karena negara kita berbentuk kepulauan yang sangat luas. Percepatan untuk memanfaatkan bonus demografi harus kita lakukan dengan pola digital, bukan konvensional," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas