Gandeng Komunitas Petani, 3 Bisnis Indonesia ini Jadi Primadona di Mancanegara
Mengolah hasil pertanian, ketiganya mampu menaklukkan dan berbisnis di kancah global.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Dari petani untuk petani, begitulah cerita bagaimana 3 pemuda Indonesia memberdayakan masyarakat dan mengharumkan nama besar Republik Indonesia di pasar internasional.
Mengolah hasil pertanian, ketiganya mampu menaklukkan dan berbisnis di kancah global, siap memberikan inspirasi bagi pelaku usaha dalam negeri lainnya yang ingin melebarkan sayapnya di luar negeri.
Sosok tersebut adalah Trisila Juwantara selaku founder Yuasafood, pionir budidaya tanaman carica, pengolahan carica, wisata alam, wisata edukasi serta kewirausahaan yang sukses membuka banyak peluang pekerjaan dan mencetak ratusan wirausaha baru di Wonosobo.
Trisila tidak mau sukses sendiri, karena itu dirinya membentuk kluster kluster usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) untuk mengolah carica. Dia menggandeng Dinas Koperasi setempat dan kelompok pemuda desa di Dieng. UMKM inilah yang kemudian menyerap pasokan carica yang berlebih dari petani.
“Multiplier effect ini kami coba lakukan sehingga buah carica bisa menjadi ikon, tidak hanya bagi Wonosobo tetapi Jawa Tengah dan Nasional,” tuturnya dalam Festival Ide Bisnis BNI by Xpora, Senin (3/7/2021).
Hal ini beralasan, karena Trisila memiliki visi untuk menciptakan produk makanan berbahan baku lokal dengan standar kualitas dan pemasaran global. Pihaknya, telah melakukan ekspor ke Thailand, Malaysia, Singapura pada tahun 2016-2017-2018-2019 masing-masing sebanyak 1 kontainer (8 ton bahan jadi) dalam bentuk frozen dan kemasan.
Lewat Coklat, Angkat Ekonomi Petani Daerah
Kisah Kadek Surya Prasetya Wiguna selaku pemilik Cau Chocolates Bali juga tak kalah menarik.
Kadek, memiliki cita-cita mulia untuk melihat petani Bali yang selama ini terkenal relatif miskin, menjadi memiliki harapan yang lebih baik untuk penghidupan mereka, melalui pertanian kakao fermentasi organik yang diajarkan olehnya.
Kini, Cau Chocolates bekerjasama dengan ratusan petani kakao di seluruh Bali, untuk menghasilkan biji kakao organic berkualitas tinggi, melalui proses fermentasi.
Di Kabupaten Tabanan lebih dari 15 kelompok tani dengan anggota tidak kurang dari 20 orang petani kakao setiap kelompok, sebagai mitra Cau Chocolates dalam menghasilkan biji kakao organik terfermentasi. Sementara di Kabupaten Jembrana, Cau Chocolates juga bekerjasama dengan sebuah koperasi Tani yang bernama Koperasi KSS yang beranggotakan lebih dari 600 orang petani.
PT Cau Chocolates International didirikan Kadek pada Desember 2014 dan mulai beroperasi pertengahan 2016. Perusahaannya mulai mengekspor produk chocolate ke Selandia Baru, Australia, Singapura, Malaysia, dan sedang mempersiapkan diri untuk melakukan ekspor ke Amerika.
“BNI Xpora sangat membantu kita. Bagaimana BNI menyiapkan kantor cabang di luar (negeri) sehingga dapat bekerja sama dengan UMKM untuk mendapatkan market di luar negeri,” ungkap Kadek.
Bangga, Kopi Khas Tanah Pasundan di 4 Benua
Hal serupa dilakukan oleh Wildan Mustofa dan sang istri, dalam membantu Petani Kopi di Pangalengan, Bandung.
Melalui CV Frinsa Agrolestari, Wildan memberikan deposit untuk petani dan kemudian nantinya petani akan menanam kopi sesuai pesanan. Adapun metode yang digunakan oleh Java Frinsa untuk menarik warga menjadi Petani Kopi adalah dengan memberikan fasilitas bibit dengan harga murah. Petani yang mendapat bantuan juga tidak diwajibkan menjual hasil panen kopi mereka ke Java Frinsa, alias mereka bebas menjual kemana pun.
Saat ini, green bean kopi Java Frinsa telah diekspor ke 4 negara, di antaranya Australia, Norwegia, Amerika Serikat, dan China dengan menerima pembayaran Telegraphic Transfer (TT) karena rata-rata pembeli mereka adalah buyer lama.
Wildan bercerita, salah satu kunci sukses keberhasilannya adalah jejaring yang luas (networking). Dirinya selalu membuka diri untuk terhubung dengan sesama pengusaha kopi, pemerintah, perbankan hingga petani kopi. Mengembangkan diri adalah keharusan, tegasnya.
“Tidak berhenti mengembangkan diri. Barang siapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia adalah orang yang merugi dan barang siapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka ia adalah orang yang beruntung,” ungkap Wildan dengan semangat.
Selain terkenal di kancah internasional, Java Frinsa juga memenuhi permintaan pasar lokal yang mana pemasarannya mengandalkan Instagram dan Tokopedia.
Ditopang Perbankan
Menurut Wildan, kesuksesan usahanya bersama para petani mitra, tidak terlepas dari fasilitas perbankan yang disiapkan BNI. Mulai dari Kredit Ekspor, dimana dirinya mendapatkan dukungan pembiayaan dengan jaminan kontrak dari pembeli. Ketika kontrak itu dibayarkan oleh pembeli, kreditnya langsung dilunasi.
Selain itu, BNI juga memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani mitra dan koperasi. Serta, dukungan Kredit Investasi yang digunakan untuk mengembangkan perkebunan kopinya.
Lebih dari itu, seluruh proses transaksi atau pembayaran menjadi sangat mudah. “Pembayaran kepada mitra & petani bisa lewat BNI Direct, serba online. Ga perlu ke bank lagi,” tuturnya.
Ia menekankan kendati di tengah pandemi, kegiatan pembayaran tetap berjalan lancar berkat dukungan penuh BNI. “Valas juga bisa ditukar dengan rate yang cukup bagus. Intinya, transaksi keuangan & lalu lintas dana lancar karena BNI,” ujarnya.
Wildan tak pernah berhenti, Ia terus melakukan riset dan menerapkan proses produksi efektif dan efisien demi menghasilkan produk berkualitas, green bean kopi khas tanah pasundan ini kini telah memiliki 10 varietas.
“Green bean kopi yang siap jual diperoleh setelah melalui 5 tahap pengolahan kering dan 11 tahap pengolahan basah, mulai dari pemetikan hingga pengemasan,” pungkasnya.
Dengan omzet Rp12 miliar per tahun, Java Frinsa mempunyai banyak penghargaan, antara lain Kopi Java Frinsa Estate digunakan oleh juara 1 Hungarian Barista Championship 2019. Juara ke-3 kategori Best Filter Coffee di Helsinki Coffee Festival 2018, Finlandia. Runner-up Indonesian Portrait Country Selection Coffee di Atlanta, tahun 2016 serta Runner up Coffee Auction S.I.A.L. Interfood di Jakarta, tahun 2015.