Pupuk Kaltim Siap Dukung Kesinambungan Konservasi Alam
Pupuk Kalimantan Timur (PKT) melakukan pelestrarian keanekaragaman hayati dan ekosistem secara berkesinambungan.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) melakukan pelestrarian keanekaragaman hayati dan ekosistem secara berkesinambungan.
Langkah tersebut dijalankan melalui upaya reintroduksi 1.000 anggrek hitam, sebagai tanaman endemik Kalimantan yang terancam punah.
Baca juga: Bantu Tangani Pasien Covid, Pupuk Indonesia Salurkan 286 Ton Oksigen
“Dengan metode kultur jaringan, PKT berhasil mengembangkan anggrek hitam untuk direintroduksi kembali ke TNK sebanyak 1.000 bibit sejak 2019, hingga saat ini anggrek hitam tersebut terus dimonitor pertumbuhannya,” ujar Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi, Selasa (10/8/2021).
Menurut Rahmad, reintroduksi dilakukan agar populasi anggrek hitam terjaga, serta dilarang diperdagangkan secara bebas kecuali hasil penangkaran sesuai Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 1999.
Baca juga: Kembali Melemah, Rupiah Berada di Level Rp 14.390 per Dolar AS pada 10 Agustus 2021, Ini Alasannya
“PKT peduli terhadap kelangsungan hidup anggrek hitam agar populasinya tetap terjaga. Hal ini yang mendasari konservasi dan pengembangan kami lakukan melalui metode kultur jaringan di laboratorium perusahaan,” papar Rahmad.
Selain itu, PKT juga fokus pada program berbasis konservasi laut di perairan Bontang sejak 2009, berupa penurunan terumbu buatan dengan komitmen 500 unit per tahun.
Program ini melibatkan kelompok nelayan di sekitar perusahaan, untuk proses pembuatan dan penurunan media terumbu.
Pemberdayaan juga merupakan upaya PKT dalam menumbuhkan kesadaran nelayan akan pentingnya ekosistem perairan, sekaligus menekan aktivitas penangkapan ikan dengan cara yang tidak ramah lingkungan.
“Hingga kini PKT telah menurunkan 5.822 media terumbu di perairan Tobok Batang, sebagai area konservasi Perusahaan dengan luasan mencapai 20 hektare,” ujar Rahmad.
Sejak pertengahan 2021, konservasi terumbu di Tobok Batang makin dikembangkan PKT melalui teknik tranplantasi, dengan memanfaatkan terumbu buatan yang telah diturunkan sebagai media tanam untuk penempelan bibit hasil pencangkokan.
"Perkembangan terumbu sejatinya tidak bisa instan, untuk itu kami lakukan metode transplantasi untuk mempercepat dengan hasil yang lebih baik,” kata Rahmad.