Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Didik Rachbini Sebut Penetrasi Bank RI Lebih Rendah dari Filipina dan Bangladesh, Ini Pemicunya 

Bank tidak mejadi pelopor mendorong dinamika bisnis, cuma ikut saja perdagangan dan bisnis yang ada

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Didik Rachbini Sebut Penetrasi Bank RI Lebih Rendah dari Filipina dan Bangladesh, Ini Pemicunya 
Seno Tri Sulistiyono/Tribunnews.com
Pengamat Ekonomi Didik J Rachbini 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior, Didik J Rachbini menyoroti penetrasi serta kinerja perbankan Indonesia yang terus turun sekarang ini. 

Dia mengungkapkan, penetrasi bank-bank di tanah air tertinggal jauh ketimbang negara tetangga, di antaranya Filipina dan Bangladesh

“Bahkan, tragisnya saat ini penetrasi perbankan ke masyarakat meski dalam keadaan normal hanya 42 persen malah lebih rendah dari penetrasi perbankan Filipina 70 persen, Bangladesh 64 persen bahkan kalah dengan Myanmar.

Apalagi, Singapura yang 136 persen," ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (26/8/2021). 

Dia menilai bahwa pimpinan bank pemerintah mencari posisi aman dengan tidak terus mengembangkan level penetrasinya. 

Baca juga: Pusat Gempa 7,1 SR Lebih Dekat ke Filipina

”Bank tidak mejadi pelopor mendorong dinamika bisnis, cuma ikut saja perdagangan dan bisnis yang ada," kata Didik. 

Berita Rekomendasi

Menurutnya, direktur utama BUMN pemerintah, termasuk bank, seperti dalam disertasi Sandiaga Uno, level entrepreneurship inisiatifnya sangat rendah hanya 44 persen.  

“Ini menyebabkan BUMN dan bank BUMN mandeg.

Baca juga: Bangladesh Mulai Program Vaksin untuk Pengungsi Rohingya

Jika demikian terus maka Indonesia akan terus tertinggal dan cepat tua karena sebelum naik menjadi negara kaya, semua indikatornya sudah meredup," tutur dia. 

Didik juga menilai bahwa setelah krisis, perbankan cenderung tidak bergerak untuk penetrasi ke masyarakat, dan hanya melayani orang-orang kaya saja. 

“Bahkan terkesan manja ketika hanya ‘main’ di SUN yang pertumbuhannya hampir 40 persen. SUN juga bunganya paling tinggi di dunia dan amat menguras pajak masyarakat," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas