Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Harga Telur di Sejumlah Daerah Sentuh Rp 14.000 per Kilogram, Ini Penjelasan Peternak

Harga telur ayam di sejumlah wilayah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
zoom-in Harga Telur di Sejumlah Daerah Sentuh Rp 14.000 per Kilogram, Ini Penjelasan Peternak
Tribun Jabar/Gani Kurniawan
ilustrasi 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga telur ayam di sejumlah wilayah di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi membenarkan hal tersebut.

Bahkan, dalam catatannya, harga telur ayam di Blitar, Jawa Timur, sempat berada di level Rp14.000 per kilogram.

Baca juga: 9 Manfaat Kuning Telur untuk Kesehatan: Kaya Zat Besi, Vitamin B12, dan Vitamin K

Padahal, harga normal telur ayam berkisar Rp 20.000 per kilogram.

“Iya benar (anjlok harganya). Itu yang paling parah di Blitar. kemarin masih ada di level antara Rp 14.000 sampai Rp 15.000 per kilogram,” ucap Musbar saat dikonfirmasi Tribunnews, Selasa (7/9/2021).

Menurutnya, harga telur ayam yang anjlok imbas dari adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 hingga 4.

Baca juga: Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak di Gresik Pilih Bagikan 100 Kilogram Telur di Jalanan 

Berita Rekomendasi

Musbar menjelaskan, pembatasan mobilitas tersebut telah mengganggu alur distribusi telur dari kalangan peternak menuju kota-kota besar seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Sehingga, stok telur ayam di wilayah-wilayah peternakan mengalami over stock.

Sebagai informasi, pangsa pasar para peternak telur di sejumlah daerah adalah industri di kota-kota besar yang bergerak di sektor Hotel, Restoran, dan kafe (Horeka).

Namun, industri horeka kini sedang mengalami penurunan signifikan akibat pukulan pandemi Covid-19.

Selain itu, distribusi telur ayam juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga seperti warung makan sederhana (warung tegal/warteg).

“(Penyebabnya) serapan turun. Karena kita ini masih PPKM Level 3-4, untuk daerah DKI Jakarta dan Jawa Barat. Karena produksi nasional itu sekitar 50 persen diserap di sana,” papar Musbar.

“Untuk saat ini yang banyak menyerap adalah konsumsi rumah tangga dan industri rumah tangga. Nah, itu kan serapannya tidak sebesar horeka. Ini menyebabkan serapan telur turun, sehingga terjadi over stock di tingkat peternakan” sambungnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas