RS Components Raih Lonjakan Penjualan dari Channel E-Commerce dan Segmen F&B
Produk yang dipasok RS Components yang banyak diserap sektor industri otomotif adalah yang bersifat consumable seperti komponen switching dan relay.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - RS Components, perusahaan global penyedia solusi kebutuhan sektor industri meraup lonjakan penjualan dari channel e-commerce di Indonesia.
Perusahaaan ini juga membukukan penjualan dari sektor industri yang bergerak di fast moving concumer goods (FMCG) terutama food and beverage, industri elektronik serta otomotif.
Dari sektor otomotif, produk yang banyak diserap adalah yang bersifat consumable seperti komponen switching dan relay.
Edwin Ginting, Business Development RS Components mengatakan, saat ini 65 persen penjualan RS Components termasuk produk-produk RS Pro yang diproduksi sendiri, menggunakan jalur penjualan digital.
Sisanya memanfaatkan jalur penjualan tradisional seperti melalui jaringan distributor yang kini terus diperluas ke sejumlah kota besar.
"Bisnis dengan e-commerce luar biasa pertumbuhannya. Selama dua tahun ini kita jalani, bisnis lewat channel ini stabil. Klien lebih senang memanfaatkan e-catalog. Tim distributor kita memiliki tim engineer dan menyiapkan stok secara lokal," ungkapnya dalam diskusi via zoom dengan Tribunnews, Senin (13/9/2021).
Baca juga: RS Components Siapkan Petunjuk Uji Bebas Biaya untuk Digital Multimeters Pada Sektor Industri
Edwin menjelaskan, Indonesia merupakan pasar baru bagi RS Components, karena perusahaannya baru menggarap pasar lokal sejak 2 tahun terakhir dengan produk yang dipasok dari hub RS Components yang berada di Singapura.
Baca juga: Arcstone Kenalkan Peta Jalan Manufaktur Digital untuk Industri 4.0 di Indonesia
Namun dengan melihat tren penjualan yang sangat positif, ditambah dengan potensi pasar yang sangat besar di Indonesia, dia optimistis, market Indonesia akan menjadi kontributor kuat penjualan produk-produk RS Components di Asia Tenggara.
Baca juga: Gelombang Kedua Covid-19 Hantam Sektor Manufaktur Indonesia
Saat ini, di pasar Asia Tenggara, rangkaian produk RS Pro dengan dukungan sertifikasi dari lembaga di Eropa dan AS menyasar pelanggan di sektor manufaktur, peralatan manufaktur, utilitas dan energi, layanan teknik, agregat pertambangan dan konstruksi, grosir dan distribusi, serta sektor transportasi dan pertahanan serta laboratorium desain dan pengembangan.
Produk-produk yang saat ini banyak dipasarkan mencakup produk untuk kebutuhan automation, electronics, consumable, control gear, tools, sampai mechanical dan test & measurement.
Baca juga: Potensi Pasar Besar, Kemendag Lepas Ekspor 600 Metrik Ton Kopi Lampung ke Mesir
"Total item yang kita stok mencapai 6.500 ribu," ujar Edwin.
Dia menambahkan, saat ini muncul kecenderungan perusahaan mengefisiensikan proses bisnisnya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan peranti kerja untuk kebutuhan produksi sampai maintenance.
Ini karena pandemi telah mengakibatkan 75 persen perusahaan mengalami disrupsi dalam alur supply chain mereka yang membuat sisi logistik menjadi terganggu.
"Banyak pabrik menurunkan kapasitas produksi. Perusahaan menghadapi banyak tantangan karena pandemi. Ada biaya biaya yang tidak kelihatan seperti biaya mencari supplier, sampai biaya negoisasi," ujarnya.
"Membeli atau memesan barang-barang dari banyak pemasok memakan biaya tinggi," ujarnya.
Karenanya, bagian pembelian pada perusahaan-perusahaan tersebut akan lebih memilih satu vendor yang sanggup menyediakan beragam produk dan tools untuk mendukung keberlangsungkan bisnis/produksi di perusahaannya.
"Mereka akan nego habis-habisan di harga, setelah deal vendor bisa langsung suplai," ujarnya.
Bagaimana berpartner dengan pabrikan di Indonesia?
Saat ini 75 persen perusahaan mengalami dsrupsi di sisi supply chain krn dari sisi logistik terganggu akibat Covid-19.
Edwin menyatakan, hal itu menjadi peluang bagi perusahaannya untuk menawarkan bisnis digital yang menghubungkan dengan end user dan distributor.
"Kami bisa bekerja sama dengan forwarder ternama untuk memudahkan pengiriman barang melalui layanan one stop supply kita. Apa saja bisa kita pasok untuk kebutuhan industrial karena kita memiliki 40 ribu sampai 50 ribu produk," ungkapnya.
Untuk produk-produk engineering dengan brand RS Pro, produk ini didesain dan diproduksi sendiri oleh RS Components dengan mengacu pada standar yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri di Eropa dan Amerika.
Karena didesain dan diproduksi sendiri, harga produk ini menjadi 30 persen lebih kompetitif dibanding produk sejenis.
"Yang sekarang kita perkenalkan untuk pasar Asia Tenggara adalah produk RS Pro untuk maintenance, warehouse dengan lebih dari 1000 item mencakup produk lighting sampai APD," ujarnya.
"Kita menyiapkan channel, untuk via online kita punya website dalam bahasa Indonesia.
Di situ ada harga dengan stok kita ada di Singapura dan global, berikut data tentang estimasi pengirimannya," ujarnya.
"Dengan harga yang sudah kita sepakati dan mereka bisa langsung order secara paperless, lalu via agen mereka forwarding di Singapura, lalu barang dikirim," imbuhnya.
Pihaknya juga masuk ke e-commerce. Sementara, di jalur pemasaran tradisional, saat ini pihaknya membangun jaringan distributor di Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan yang terbaru di Balikpapan dan Makassar.
"Untuk klien besar seperti perusahaan manufaktur dan FMCG, kita bisa melayani langsung mereka karena sistem IT kita bisa langsung konek ke sistem mereka dan kita sediakan harga khusus," beber Edwin.
Dia menilai, pasar Indonesia sangat besar, produk-produk ekspor Indonesia juga sangat besar.
Karena itu Edwin berani memproyeksi pertumbuhan double digit per tahun untuk bisnis RS Components di Indonesia, sejak perusahaannya menikmati pertumbuhan penjualan dpuble digit sejak tahun lalu.
"Pencapaian di tahun ini harus lebih dari tahun lalu," ujarnya tanpa menyebut angka.
Pihaknya juga tidak khawatir dengan serbuan produk sejenis dari China, karena untuk sektor manufaktur, industri berskala besar, mereka lebih mempercayakan pasokan produk yang telah tersertifikasi oleh badan-badan resmi global.
"Industri-industri itu umumnya punya standar sertifikasi tertentu dari badan-badan di Eropa dan AS dan esudah tested. Misalnya kalau kita masuk ke industri OEM dan authorized," ungkapnya.