Pada Latah Gunakan Nama-nama Kota di Dunia, Sebenarnya Apa Maksud Para Pengembang di Indonesia?
Ada pula yang latah yang memakai bahasa asing agar terdengar keren seperti Pancoran Riverside, Bukit Golf Riverside, atau Bogor Lakeside.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di sejumlah properti di Indonesia tentu nama-nama BSD City, Podomoro City, Lippo City, Gandaria City, Thamrin City, Kuningan City, Jababeka City sudah tidak asing lagi.
Nama tersebut dilengkapi nama "city" di belakangnya.
Ada pula nama-nama perumahan yang memakai nama daerah di negara-negara Eropa dan Amerika pun bejibun, misalnya klaster Madrid, Vienna, Toronto, Montreal, Paris, San Fransisco, dan sebagainya.
Ada pula yang latah yang memakai bahasa asing agar terdengar keren seperti Pancoran Riverside, Bukit Golf Riverside, atau Bogor Lakeside.
Padahal, istilah riverside dan lakeside merujuk pada kondisi lapangan di mana proyek ini berada yakni "pinggir kali", dan "pinggir danau".
Baca juga: Pasar Properti Diyakini Bergairah, Developer Asal Jepang Lanjutkan Proyek Superblok di Jakarta Timur
Pengembang berlomba-lomba bergenit ria menawarkan gimmick untuk merayu konsumen agar tertarik membeli produknya.
Namun, apakah properti yang ditawarkan sama dengan kondisi riil sebenarnya di kota-kota yang namanya ditiru tersebut? Tentu saja tidak, untuk tidak dikatakan bagai langit dan bumi jaraknya.
Wakil Ketua Umum Real Estat Indonesia (REI) Bambang Eka Jaya mengatakan pada dasarnya penamaan proyek properti atau lebih spesifik lagi klaster perumahan merupakan preferensi atau pilihan pengembang perumahan.
Baca juga: Strategi Pengembang Tekan Biaya Pemasaran Properti
Menurutnya, salah satu alasan nama klaster perumahan menggunakan istilah asing yaitu sebagai daya tarik bagi calon konsumen.
"Misalnya kita membangun townhouse modern dengan gaya dan desain interior yang keren, lalu kita namakan perumahan itu, sama seperti dengan nama-nama gang atau perkampungan seperti 'Townhouse Kampung A', tentu kan jadi aneh. Nah itu yang disebut nilai rasa," kata Bambang kepada Kompas.com, Minggu (17/10/2021).
Bambang menjelaskan, penamaan klaster perumahan dengan istilah asing juga dikarenakan masih banyak masyarakat Indonesia yang terpukau dengan sesuatu yang berbau mancanegara.
"Karena secara pasar masyarakat di Indonesia itu masih menganggap sesuatu yang berbau asing itu lebih keren," jelasnya.
Baca juga: Penghuni Rusun dan Pengembang Dukung Pergub Payung Hukum PPPSRS
Nah, karena tuntutan pasar ini pula para pengembang menyesuaikan strateginya untuk memenuhi selera konsumen, agar dapat merasakan suasana deperti di luar negeri.
Selain itu, penamaan klaster tersebut juga untuk menciptakan kesan berbeda yang akan didapat oleh penghuni rumah.
Misalnya kesan seperti sedang berada di sebuah kota di luar negeri dan sebagainya.
Kesan seperti berada di luar negeri ini akhirnya tidak hanya dirasakan oleh penghuni rumah, tetapi juga oleh masyarakat umum yang melewati kawasan perumahan tersebut.
"Hal ini tentu menjadi dilematis untuk kami sebagai developer properti, kadang banyak orang bertanya, apakah ini di Indonesia, tetapi dari nama-nama perumahannya seperti sedang berada di Amerika Serikat atau Eropa," tutur dia. (Ardiansyah Fadli)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Banyak Perumahan Meniru Nama Kota-kota Mancanegara?",