Pangsa Pasar Indonesia di Bisnis Perbankan Syariah Global Baru 2 Persen
Soal pangsa pasar syariah, Indonesia kalah dari sejumlah negara seperti Malaysia yang pangsa pasarnya sudah mencapai 11,1 persen, Turki 2,6 persen
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pangsa pasar Indonesia di bisnis perbankan syariah dunia saat ini baru mencapai 2 persen. Indonesia kalah dari sejumlah negara seperti Malaysia yang pangsa pasarnya sudah mencapai 11,1 persen, Turki 2,6 persen, dan UAE 8,7 persen.
"Pasar bank syariah global dikuasai Iran sebesar 28,6 persen disusul Arab Saudi 24,9 persen." ungkap Bayu Endrasasana selaku Pengawas Senior, Kelompok Pengawas Spesialis Teknologi Informasi-Otoritas Jasa Keuangan pada acara webinar bertema Bank dan Keuangan Syariah: Peluang dan Tantangan" yang diselenggarakan Universitas Al Azhar Indonesia, Kamis (14/10/2021).
Sementara untuk aset perbankan syariah terhadap industri perbankan nasional di masing masing negara, tertinggi terjadi di Iran, sudah mencapai 100 persen, begitu pula di Sudan.
"Indonesia belum mencapai 15 persen," ungkapnya.
Baca juga: Anggota Komisi XI : Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah di Indonesia Masih Rendah
Di sisi lain, total aset perbankan syariah Indonesia sekitar 42 miliar USD dengan market share 6,5 persen dan masih masuk 10 besar perbankan syariah global berdasar laporan IFSB 2020.
Baca juga: BSI Teken Kerjasama Penyediaan KPR Syariah untuk Hunian Mewah The Sanctuary
Per Juli 2021, total aset keuangan syariah Indonesia, tidak termasuk saham syariah, mencapai Rp 1.922,93 triliun atau sebesar 132,70 miliar USD.
Baca juga: Pemerintah Beri Perhatian Terhadap Pengembangan Ekonomi Syariah
Bayu menambahkan, industri perbankan dan keuangan syariah di Indonesia menghadapi sejumlah tantangan.
"Perbankan syariah kita menghadapi tantangan struktural seperti penguatan struktur dan daya saing, layanna digital, ketimpangan literasi dan inklusi keuangan, hingga transformasi oengaturan dan p3ngawasan," bebernya.
Sementara, pada saat bersamaan terjadi perubahan ekosistem perbankan berkembang cepat dan dinamis, seperti munculnya ekspektasi stake holder terhadap produk dan layanan perbankan syariah yang lebih inovatif.
Lebih rinci lagi, tantangan tersebut adalah munculnya ekonomi digital, praktik shadow banking, cloud computing, digital banking, open banking dan virtual banking.
Webinar ini juga menghadirkan beberapa pembicara seperti Ahmad Hamzah Mat Daud, bankir senior di Industri Perbankan Syariah di Malaysia; Hanny Nurlatifah, Direktur Manajemen Inovasi dan Program Universitas Al-Azhar Indonesia dan Donny Fernando, Head of Shariah Group Link Aja.
Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, MSc. Prof Asep, saat membuka webinar mengatakan, penggunaan teknologi internet yang semakin massif di dalam berbagai kehidupan, menjadikan aktivitas transaksi perbankan dan keuangan berbasis digital sebagai sebuah keniscayaan.
"Bahkan hal ini pun juga akan dilakukan oleh generasi baby boomers yang tidak terlalu bersetuhan dengan internet of things," ujarnya.