Merck Tandatangani Pakta untuk Perluas Produksi Versi Generik Molnupiravir
Merck mengatakan bahwa lisensi bebas royalti tersebut akan berlaku untuk 105 negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Ini mereka lakukan untuk membantu memastikan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah memiliki akses yang sama ke obat tersebut.
SebelumnyaMerck & Co telah meminta otorisasi penggunaan darurat (EUA) dari regulator obat AS, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) untuk pengobatan antivirus virus corona (Covid-19).
Diketahui, pada 1 Oktober lalu, Merck mengumumkan berhasilnya uji coba Molnupiravir yang diklaim dapat mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat Covid-19 hingga mencapai 50 persen.
"Merck telah mengajukan aplikasi Emergency Use Authorization (EUA) ke Food and Drug Administration (FDA) AS untuk Molnupiravir, obat antivirus oral yang diteliti untuk pengobatan Covid-19 ringan hingga sedang pada orang dewasa yang berisiko progresif ke Covid-19 kategori parah atau berisiko rawat inap," kata perusahaan itu.
Jika disetujui, pil yang dikembangkan Merck bersama Ridgeback Biotherapeutics ini akan menjadi obat Covid-19 oral pertama yang disetujui oleh FDA AS.
"Pada analisis sementara, Molnupiravir mengurangi risiko rawat inap atau kematian mencapai sekitar 50 persen," kata pernyataan itu.
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (12/10/2021), analisis sementara dari studi fase 3 menemukan 7,3 persen pasien yang diobati dengan Molnupiravir dirawat di rumah sakit dalam waktu 29 hari.
Sedangkan untuk pasien yang menerima plasebo, 14,1 persen dirawat di rumah sakit atau meninggal pada hari ke 29.
Selanjutnya, tidak ada kematian yang dilaporkan terjadi pada pasien yang diberi Molnupiravir dalam periode 29 hari.
Sementara 8 kematian dilaporkan terjadi pada pasien yang diobati menggunakan plasebo.
"775 peserta uji coba memiliki gejala Covid-19 yang dikonfirmasi laboratorium, dan Molnupiravir atau plasebo diberikan secara acak dalam lima hari munculnya gejala," jelas pernyataan itu.
Efek samping sebanding ditemukan pada kelompok Molnupiravir dan plasebo, dengan sekitar 10 persen melaporkan adanya efek samping.
Hanya 1,3 persen dari kelompok Molnupiravir yang menghentikan terapi, karena munculnya efek samping ini.
Lalu kurang dari 3,4 perssn dari kelompok plasebo pun turut melakukannya.