Sulit Bayar Utang, Bank Mulai Waspadai Berikan Kredit ke Garuda dan BUMN Karya
Akibat kesulitan keuangan, perbankan mewaspadai pemberian kredit untuk BUMN Karya dan PT Garuda Indonesia Tbk.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Akibat kesulitan keuangan, perbankan mewaspadai pemberian kredit untuk BUMN Karya dan PT Garuda Indonesia Tbk.
Meski sesama BUMN, perbankan milik pemerintah juga menyatakan bakalan sangat hati-hati bila diminta memberikan kredit pada BUMN tersebut.
Akibat kesulitan finansial, BUMN Karya dan Garuda tak kunjung mampu membayar utang.
Bank Mandiri mencatatkan total portofolio kredit BUMN Karya mencapai kisaran Rp 18 triliun hingga September 2021.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan sebagai upaya antisipasi penurunan kualitas kredit, Bank Mandiri melakukan penguatan monitoring atas progres penyelesaian proyek yang dibiayai.
Baca juga: BTN Genjot Penyaluran Kredit Rumah BP2BT
“Juga memastikan termin pembayaran dari owner maupun bouwheer serta perlakuan restrukturisasi pada beberapa debitur BUMN Karya," ujar Rudi kepada Kontan.co.id pada Senin (1/11/2021).
Rudi menambahkan, September 2021 Pencadangan debitur BUMN Karya telah mencukupi sesuai tingkat risiko masing – masing debitur sesuai kaidah PSAK 71.
Menurutnya, sebagai bagian dari mitigasi risiko, perseroan juga telah menyiapkan pencadangan dengan nilai yang memadai berdasarkan atas assessment terhadap risiko di sektor tersebut.
Hingga kuartal ketiga 2021, Bank Mandiri membukukan pertumbuhan biaya pencadangan atau provisi 4,7% yoy dari Rp 15,69 triliun menjadi Rp 16,43 triliun.
Baca juga: Gandeng BTN, Peserta BP Jamsostek Bisa Kredit Rumah Rp 500 Juta
“Bank Mandiri menyadari pentingnya sektor infrastruktur sebagai salah satu katalisator pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk itu kami berkomitmen untuk terus mendukung seluruh pelaku di sektor infrastruktur ini, termasuk BUMN karya yang menjadi kontraktor proyek-proyek infrastruktur negara,” papar Rudi.
Oleh sebab itu, Bank Mandiri memberikan kredit di sektor konstruksi secara prudent dan ditujukan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur yang telah menjadi program pemerintah atau Proyek Srategis Nasional.
Secara kualitas, non performing loan (NPL) di sektor konstruksi tetap terjaga baik dengan NPL stabil dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) juga telah menyiapkan pencadangan (NPL Coverage) di kisaran 252,94% secara umum.