Seni Ukir Hingga Tarian Suku Kamoro Hadir di Senayan Park Jakarta
Karya ukir para seniman Kamoro unik dan tak kalah dari kedua suku lainnya, namun belum banyak dikenal sebagaimana suku Asmat.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Muhammad Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam rangka membantu para seniman mempromosikan hasil kerajinan kepada publik, Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (MWK) yang menjadi rumah bagi para seniman Kamoro bekerjasama dengan restoran Yougwa Danau Sentani, Mall Senayan Park dan PT Freeport Indonesia menggelar kegiatan Kamoro Artwork Exhibition dengan tema “Lawatan Saudara dari Timur Indonesia” selama tiga hari, tanggal 5-7 November 2021.
Suku Kamoro sendiri diketahui menjadi salah satu dari tiga suku yang masih mempertahankan budaya ukir di pesisir selatan Papua selain suku Asmat dan suku Sempan.
Karya ukir para seniman Kamoro unik dan tak kalah dari kedua suku lainnya, namun belum banyak dikenal sebagaimana suku Asmat.
"Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari acara serupa yang digelar di Hutan Kota by Plataran Indonesia pada minggu sebelumnya. Dimana kami mengusung tema, 'Untukmu Papua, Saudaraku' pada tanggal 27-29 Oktober 2021. Pada kesempatan tersebut kami mendatangkan sekitar 250 potong ukiran dan hampir 80 persen dari kerajinan yang dibawa habis terjual,” kata Founder Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe, Luluk Intarti, Sabtu (6/11/2021).
Baca juga: Seni Rupa Terapan: Pengertian, Jenis-jenis, dan Fungsinya
Luluk menyebutkan, dalam setiap kegiatan pameran kerajinan Kamoro yang digelar, pihaknya membawa berbagai macam jenis ukiran karya asli seniman Kamoro dari Kabupaten Mimika di Papua.
“Untuk kegiatan di Yougwa Danau sentani, Mall Senayang Park ini, lebih dari 150 potong ukiran didatangkan langsung dari kota Timika atas bantuan PT Freeport Indonesia. Termasuk delapan seniman yang mewakili lebih dari 500 pengukir dan penganyam yang tinggal menyebar di wilayah kabupaten tersebut," ujarnya.
Sebagai seniman yang multi talenta, kedelapan perwakilan seniman kata Luluk juga akan menampilkan berbagai atraksi budaya sepanjang kegiatan pameran.
Akan ada pertunjukan tarian, nyanyian, musik tradisional, demonstrasi mengukir dan menganyam. Berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, pameran ukir kayu suku Papua kali ini juga menghadirkan workshop mengukir untuk hari Sabtu dan Minggu di tanggal 6-7 November 2021.
“Workshop digelar sebanyak tiga sesi setiap hari, selama 50 menit, mulai pukul 13.00 WIB. Peserta dapat mendaftar melalui akun Instagram Maramowe Foundation dan membayar biaya sebesar Rp. 100.000. Sesi workshop akan mengajak peserta untuk berpetualang menjadi seniman ukir Kamoro, termasuk bermain musik tradisional dan merias wajah," kata Lulung.
Baca juga: Anggota DPR Apresiasi Komitmen Pembangunan Smelter PT Freeport di Gresik
Yayasan Maramowe selama ini dikenal memiliki komitmen dalam upaya membantu seniman Kamoro untuk melestarikan sebagian aspek dari budaya warisan leluhur. Ketika larangan penyelenggaraan ritual adat diberlakukan oleh pemerintahan Belanda dan pengaruh agama pada awal hingga akhir abad ke-19, karya ukir Kamoro menjadi kehilangan makna, masa kelam bagi para seniman.
Berkat pendampingan berkesinambungan yang dilakukan Yayasan Maramowe dengan dukungan PT Freeport Indonesia selama lebih dari dua dasawarsa, semangat mengukir bangkit Kembali dan proses regenerasi juga berlanjut dengan baik.
Meski bergerak dalam bidang usaha yang berbeda, Yayasan Maramowe dan Yougwa Danau Sentani memiliki visi dan misi yang sama untuk mengenalkan dan mempromosikan Papua.
Membuka peluang untuk bekerja bersama demi membantu para seniman Kamoro dalam mendekatkan produk kerajinan mereka kepada pasar di Jakarta.
Pameran dan penjualan karya ukir dan anyam ini menjadi langkah awal yang baik, selanjutnya ukiran dan anyaman pengerajin dari Suku Kamoro akan dijual permanen di restoran Yougwa Danau Sentani.
Seluruh hasil penjualan akan diserahkan kepada pengerajin yang tinggal di Kabupaten Mimika melalui Yayasan Maramowe sebagai pembina mereka.
“Semakin banyak karya ukir dan anyam terjual, maka para pengerajin akan terus berkarya. Dengan demikian tercapai upaya untuk membantu para seniman melestarikan budaya warisan leluhur mereka,” kata Luluk.