Kasus Evergrande Dinilai Tidak Berdampak Negatif ke Sektor Properti Indonesia
Krisis likuiditas Evergrande bisa berdampak pada penurunan kepada sektor ekspor yang berorientasi dengan material properti
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Sanusi
Pasalnya, Tiongkok merupakan tujuan ekspor barang dari Indonesia yang cukup berpengaruh.
Kenaikan ekspor terutama komoditas sangat dipengaruhi oleh global economic recovery yang dipengaruhi oleh Tiongkok, Eropa, dan Amerika.
Ke depannya, pemerintah Indonesia akan terus mengawasi krisis gagal bayar ini seiring dengan tetap menjaga pemulihan ekonomi domestik.
Apakah Kasus Evergrande Bisa Menjalar ke Indonesia? Berikut Pernyataan Para Pemain Properti
Country Head Knight Frank Indonesia Willson Kalip menyebutkan Indonesia harus waspada dengan dampak negatif dari kasus utang Evergrande.
“Indonesia harus waspada dalam menghadapi dampak negatif dari Evergrande, yang berhubungan erat dengan jumlah investasi asing ke Indonesia," ujar Willson dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).
Baca juga: Evergrande Diprediksi Kembali Gagal Bayar Kupon Obligasi, Pasar Pelototi Utang Pengembang Lain
Namun, bangkitnya sektor properti dalam negeri bisa meminimalisasi risiko dampak kasus Evergrande.
Selain itu, juga ikut mendorong sektor lainnya untuk tumbuh dan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional.
Terlebih program pembangunan infrastruktur dari pemerintah dalam dua periode terakhir merupakan tulang punggung bagi bergeraknya ekonomi.
Agar sektor properti dapat terus berkontribusi secara sehat di dalam siklus perekonomian, nilai pasokan dan permintaan pada sektor properti juga perlu dipantau agar tetap seimbang.
Porsi alokasi kredit perbankan ke sektor properti dan turunannya pun terlihat masih sehat.
Institusi keuangan dan bank sebagai sumber dana utama dinilai masih memiliki cukup banyak ruang untuk membantu berkembangnya sektor properti.
Baca juga: Bank Sentral China Suntik Dana Tunai, Evergrande Selamat dari Gagal Bayar?
“Angka kredit properti di Indonesia masih dapat tumbuh hingga mencapai angka 20-22 persen”, ujar Willson.
Ia menambahkan populasi Indonesia yang besar juga mendukung ketahanan dan perkembangan sektor properti.