Jangan Asal Investasi, Kenali Dulu Risikonya dan Tidak Satu Produk
Eko Indarto mengatakan, semakin banyak produk investasi, maka makin baik untuk masyarakat karena dapat memilih sesuai dengan keinginannya.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produk investasi pada saat ini sudah beraneka ragam, dan masyarakat pun dimudahkan dalam membenamkan uangnya untuk diinvestasikan.
Perencana keuangan dari Finansia Consulting Eko Indarto mengatakan, semakin banyak produk investasi, maka makin baik untuk masyarakat karena dapat memilih sesuai dengan keinginannya.
Namun, kata Eko, sebelum memutuskan memilih produk investasi, maka harus mengenali risiko dari masing-masing produk dan disesuaikan dengan tujuan investasi.
Baca juga: Cara Upgrade Akun GoPay Menjadi GoPay Plus, Ini Syarat dan Keuntungan yang Didapat
"Produk yang mendapatkan hasil tinggi, risikonya pun akan tinggi. Jadi jangan bicara hasil, harus mengelola risikonya juga," ujar Eko saat dihubungi, Rabu (24/11/2021).
"Risiko itu, bukan hanya dari produknya saja tapi juga risiko mereka sendiri," sambung Eko.
Eko mengingatkan, investasi itu merupakan transaksi untuk meningkatkan aset, bukan bentuk mendapatkan hasil sesaat.
Baca juga: Mau Investasi Reksa Dana Sekarang Bisa Pakai GoPay, Cukup Pakai GoInvestasi, Simak Caranya
"Ketika mereka bicara investasi, mereka berpikir jangka panjang. Mereka bicara peningkatan aset, mereka mengenai meningkatkan kekayaan," ucapnya.
Menurutnya, reksa dana, saham, deposito, maupun aset kripto dapat menjadi pilihan untuk investasi dalam meningkatkan aset.
Tetapi, Eko menyebut reksa dana dan deposito memiliki imbal hasil yang tidak sebesar saham maupun aset kripto.
"Reksa dana risiko juga tidak sebesar saham. Misalnya, dia beli saham Unilever, risikonya hanya di Unilever, bisa naik, bisa turun. Sedangkan di reksa dana bisa jadi di situ ada Unilever, BCA, dan sebagainya, sehingga risikonya lebih kecil. Bitcoin juga sama, ketika masuk Bitcoin, risiko dia full ada di Bitcoin," tuturnya.
Lebih lanjut Eko mengatakan, dalam berinvestasi, jangan ditempatkan pada satu produk saja.
"Misalnya pendapatan bulan ini, 10 persennya dialokasikan ke reksa dana, bulan depan 10 persen lagi ke saham, atau menempatkan di deposito," paparnya.
Diketahui, terdapat beberapa jenis reksa dana, di antaranya :
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.