Digitalisasi Terbukti Membuat Operasional Bank Makin Efisien
Pengembangan digitalisasi yang gencar dilakukan menjadi salah satu pendorong operasional tersebut kian efisien.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perbankan makin gencar melakukan transformasi digital, efeknya pun kini makin terasa.
Bank-bank kini menjadi lebih efsien mengelola operasionalnya.
Pengembangan digitalisasi yang gencar dilakukan menjadi salah satu pendorong operasional tersebut kian efisien.
Itu tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) pada kuartal III 2021 yang menyusut dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Mungkin perbandingan tersebut kurang sepadan mengingat pendapatan operasional bank tahun lalu merosot tajam akibat dampak awal pandemi.
Baca juga: Pelaku Pertanian di Jawa Tengah Diajak Perluas Jangkauan Pasar Lewat Digitalisasi
Namun, beberapa bank juga mencatat penurunan BOPO jika dibandingkan pada kuartal III 2019, sebelum pandemi Covid-19 muncul.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) salah satu yang mencatatkan penurunan rasio BOPO tidak hanya dibanding tahun lalu tetapi juga dari dua tahun sebelumnya.
Per kuartal III 2021, bank ini mencatat rasio BOPO di level 54,29%, turun dari triwulan ketiga 2020 di level 65,57% dan 59,8% di kuartal III 2019. Bank ini merupakan bank paling efisien di Tanah Air.
PT Bank CIMB Niaga Tbk dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga mencatat penurunan BOPO dari sebelum pandemi. Kuartal III 2021, BOPO CIMB ada di level 78,61%, turun dari 87,64% pada periode yang sama tahun 2020 dan 82,79% dari triwulan ketiga 2019.
Adapun BTN mencatat rasio BOPO 89,8% pada triwulan III tahun ini, 93,02% pada periode yang sama tahun lalu dan 95,08% pada tahun 2019.
Baca juga: Perbankan Pilih Parkir Dananya di Surat Berharga, Ini Sebabnya
Rasio BOPO PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) turun dari 80,64% pada kuartal III 2020 menjadi Rp 76,3%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) turun dari 88,9% menjadi 80,47%, Bank Mandiri turun dari 76,35% menjadi 68,82%, Danamon dari 83,4% jadi 82,7%, Bank Panin dari 79,4% jadi 78,4%, BTPN dari 89,5% jadi 85,2%, Bank Permata dari 87,4% jadi 84,5%, dan Maybank dari 87,4% jadi 84,5%.
Vera Eve Lim Direktur Keuangan BCA mengatakan, penurunan BOPO itu sejalan dengan upaya perseroan untuk mengelola biaya operasional secara efektif dan efisien dalam mendukung pertumbuhan bisnis.
"Selain itu, BCA terus mendorong proses efisiensi dan otomatisasi dari sisi layanan melalui pengembangan teknologi," katanya pada KONTAN, Selasa (30/11).
Pengelolaan operasional yang efisien dilakukan melalui optimalisasi transaksi melalui layanan perbankan digital dan transaksi nontunai sebagaimana yang tersedia di mobile banking dan internet banking.
Baca juga: Pacu Permintaan Kredit, Perbankan Mulai Turunkan Bunga Pinjaman
Vera bilang, transaksi perbankan melalui kanal digital di BCA meningkat pesat selama pandemi dimana internet banking melonjak 29% YoY dan mobile banking melesat 55% menjadi 2,64 miliar transaksi per kuartal III. Saat ini porsi transaksi digital di bank ini sudah mencapai 88% dari total transaksi.
Ke depannya, BCA akan terus memperkuat ekosistem finansial, menyempurnakan dan memodernisasi infrastruktur teknologi informasi yang dimiliki dalam mendukung keandalan dan keamanan berbagai layanan perbankan transaksi digital. Sehingga volume transaksi digital semakin meningkat.
Sementara Haru Koermahargyo, Direktur Utama BTN mengatakan, penurunan BOPO dikontribusikan oleh penurunan beberapa komponen beban operasional dan juga peningkatan di pendapatan operasional.
Di sisi beban operasional, selain pengurangan beban bunga yang cukup besar, penurunan terlihat pada beban sewa, beban pengadaan barang serta beban tenaga alih daya seiring dengan penutupan beberapa outlet untuk efisiensi dan pengalihan ke transaksi digital. Selain itu, BTN juga telah menerapkan sentralisasi pengadaan ke kantor pusat untuk menekan biaya.
"Di sisi pendapatan operasional, peningkatan didorong oleh pendapatan trading pada unit treasury dan berbagai layanan perbankan antara lain dari unit wealth management dan financial institution," kata Haru.
Pada tahun 2022, BTN memperkirakan rasio BOPO masih dapat terus ditekan. Selain melanjutkan program digitalisasi, lanjut Haru, BTN masih memiliki banyak ruang untuk melakukan efisiensi dengan program sentralisasi pengadaan dan penutupan jaringan outlet dengan produktivitas rendah.
Sedangkan penurunan BOPO di BRI terutama didorong oleh keberhasilan perseroan menurunkan biaya dana. Itu terlihat dari beban bunga yang turun 35,2% YoY menjadi 19,3 triliun per akhir September 2021.
"Pencapaian itu tak lepas dari strategi BRI yang terus berupaya untuk meningkatkan porsi dana murah dengan cara memperbaiki struktur pendanaan, diantaranya melalui platform simpanan berbasis digital dan pengembangan micropayment system," ungkap Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI.
Sampai akhir tahun, BRI menargetkan BOPO di kisaran 78% - 80%. Untuk itu, perseroan masih akan fokus dalam menggenjot dana murah lewat inovasi untuk menciptakan transaction based CASA dengan menjadi sumber pembayaran pada platform ekosistem digital.
BRI akan mendorong pembukaan rekening digital saving yang saat ini tumbuh 460% yoy, pengembangan fitur super Apps BRImo, serta mendorong mendorong transaksi melalui penguatan payroll integrated system serta B2B platform on boarding.
(Dina Mirayanti Hutauruk)