Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

95 persen Bahan Baku Obat Masih Impor, Erick Thohir Dorong Pengembangan Industri Obat Herbal

Erick Thohir mendorong BUMN yang bergerak di industri farmasi, dapat menekan angka importasi bahan baku obat.

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in 95 persen Bahan Baku Obat Masih Impor, Erick Thohir Dorong Pengembangan Industri Obat Herbal
Tribunnews/Herudin
Menteri BUMN Erick Thohir 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mayoritas bahan baku obat-obatan di Indonesia masih sangat bergantung terhadap impor.

Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, jumlahnya saat ini masih mencapai 95 persen.

Artinya, hanya 5 persen kebutuhan bahan baku obat di Indonesia yang dapat diperoleh dari dalam negeri.

Baca juga: Bangun Rumah Sakit Bertaraf Internasional, Pemerintah Ingin Selamatkan Devisa hingga Stop Impor Obat

Maka dari itu, Erick Thohir mendorong BUMN yang bergerak di industri farmasi, dapat menekan angka importasi bahan baku obat.

Seperti Indofarma contohnya, yang diinstruksikan Menteri Erick untuk mengembangkan industri obat herbal di Indonesia.

Dirinya melihat, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar pada industri obat herbal.

BERITA REKOMENDASI

“Untuk Indofarma, kita tau bahwa impor bahan baku obat masih tinggi. Salah satunya (upayanya) memang kita harus mengembangkan herbal industri untuk pengobatan. Karena dengan herbal industri kita bisa menekan impor bahan baku itu sendiri yang hari ini masih 95 persen,” ujar Erick dalam groundbreaking Rumah Sakit (RS) Internasional Bali, Senin (27/12/2021).

Kemudian, terdapat upaya lainnya yang dilakukan oleh Erick Thohir.

Yakni, produsen obat generik seperti Kimia Farma, telah didorong untuk melakukan sinergi dengan Pertamina melalui unit usaha petrochemical-nya.

Baca juga: Erick Thohir Tak Ingin Market Indonesia Dieksploitasi untuk Tumbuhkan Ekonomi Asing

Dimana Pertamina dan PT Kimia Farma sepakat membangun pabrik farmasi paracetamol.

Sinergi tersebut telah diwujudkan dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) Proyek Petrochemical to Pharmaceutical antara PT Kilang Pertamina Internasional dan PT Kimia Farma mengenai Pengembangan Proyek Produksi Paracetamol dari Benzene.

Nantinya pabrik farmasi paracetamol tersebut digadang-gadang memiliki kapasitas 3.800 ton per tahun.

“Obat generik ini juga pelan-pelan kita sinergikan dengan petrochemical Pertamina yang sedang membangun turunannya untuk bahan baku obat,” papar Erick.

“Harapannya upaya ini bisa menekan impor bahan baku obat hingga 75 persen,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas