Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kurangi Konsumsi Barang dari Luar Negeri, Kemenperin Fokus Substitusi Impor Industri Kimia

Muhammad Khayam, mengatakan pihaknya bertekad untuk terus menekan defisit neraca perdagangan di sektor industri kimia.

Editor: Sanusi
zoom-in Kurangi Konsumsi Barang dari Luar Negeri, Kemenperin Fokus Substitusi Impor Industri Kimia
dok Kemenperin
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sektor industri terus didorong kemandiriannya dan beberapa sektor mendapat prioritas pengembangan karena mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional.

Industri kimia masuk dalam Top 3 kontributor besar terhadap kinerja sektor industri pengolahan nonmigas, sehingga menjadi sektor yang berperan penting pada pertumbuhan industri manufaktur nasional.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian Muhammad Khayam, mengatakan pihaknya bertekad untuk terus menekan defisit neraca perdagangan di sektor industri kimia.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Industri, Kemenperin dan Pemkab Morowali Buka Program D1 Pengolahan Logam

"Oleh karena itu, perlu pengembangan investasi di industri kimia yang juga dapat mengakselerasi untuk subtitusi impor bahan dan barang kimia," ungkap Khayam, Jumat (7/1/2022).

Industri petrokimia merupakan sektor strategis di tingkat hulu yang menjadi modal dasar dan prasyarat utama untuk mengembangkan industri di tingkat hilir seperti untuk menghasilkan produk plastik, serat kain, tekstil, kemasan, elektronika, otomotif dan obat-obatan.

"Berhasil tidaknya pemerintah dalam membangun industri nasional, sangat dipengaruhi oleh kinerja industri petrokimia," tutur Khayam.

Baca juga: Kemenperin Targetkan Beri 1.250 Sertifikat Produk TKDN di 2022

Berita Rekomendasi

Oleh sebab itu, sebagai pemasok bahan baku untuk industri hilir, sektor petrokimia diharapkan memiliki kapasitas yang memadai dan memiliki performa yang baik dan stabil di setiap saat.

Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk terus memperkuat industri petrokimia melalui peningkatan kapasitas produksi, serta melengkapi struktur pohon industri demi menjamin pemenuhan kebutuhan bahan baku industri.

Sejak tahun 2020 hingga nanti pada 2025, pemerintah tengah berupaya mengawal proyek-proyek raksasa pembangunan industri kimia yang total nilai investasinya mencapai 31 miliar dolar AS.

Proyek tersebut diantaranya berasal dari PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, yang akan menyerap tenaga kerja hingga 15.000 orang pada masa konstruksi dan 1.300 orang pada saat operasi komersial.

Baca juga: Penguatan Mitra dan Program e-Smart IKM Jadi Fokus Kemenperin di 2022

"Investasi proyek PT Lotte Chemical Indonesia di Cilegon akan memiliki total kapasitas produksi sebanyak 3,1 juta ton per-tahun akan menghasilkan berbagai produk petrokimia hulu dan hilir seperti Etilena, Propilena, BTX, Butadiena, Polietilena (PE) dan Polipropilena (PP)," jelasnya.

Kapasitas industri nasional untuk produk-produk tersebut saat ini mencapai 7,1 juta ton per tahun.

Namun, impor produk kimia tersebut masih sangat signifikan hingga mencapai 4,6 juta ton pada tahun 2020.

Hal ini mengindikasikan masih diperlukannya upaya peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri.

"Oleh karenanya, proyek pembangunan pabrik PT Lotte Chemical Indonesia ini diharapkan dapat mensubtitusi impor, sehingga menjadi stimulus bagi industri petrokimia hilir lokal dan mendukung penciptaan lapangan kerja," tegas Khayam.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas