Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Kondisi Keuangan Memburuk, Sri Lanka Minta Restrukturisasi Pembayaran Utang ke China

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa mengajukan permintaan tersebut dalam pertemuan dengan menteri luar negeri China Wang Yi

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Kondisi Keuangan Memburuk, Sri Lanka Minta Restrukturisasi Pembayaran Utang ke China
© kamchatka / Depositphotos
Sri Lanka. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Negara Asia Selatan yakni Sri Lanka, meminta Pemerintah China untuk merestrukturisasi pembayaran utangnya sebagai bagian dari upaya Sri Lanka untuk mengatasi situasi keuangannya yang memburuk.

Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa mengajukan permintaan tersebut dalam pertemuan dengan menteri luar negeri China Wang Yi pada hari Minggu kemarin.

Dalam dekade terakhir, China telah meminjamkan Sri Lanka lebih dari 5 miliar dolar Amerika Serikat untuk proyek-proyek termasuk jalan, bandara, dan pelabuhan.

Baca juga: China dan Rusia Kompak Pasang Badan Lindungi Kazakhstan dari 3 Kekuatan Jahat

"Presiden menunjukkan bahwa akan sangat melegakan negara (Sri Lanka) jika perhatian dapat diberikan pada restrukturisasi pembayaran utang sebagai solusi atas krisis ekonomi yang muncul dalam menghadapi pandemi Covid-19," kata kantor Rajapaksa seperti dikutip Tribunnews dari BBC, Selasa (11/1/2022).

Dalam pernyataan tersebut juga mengatakan, China diminta untuk memberikan persyaratan konsesi untuk ekspornya ke Sri Lanka, yang berjumlah sekitar 3,5 miliar dolar AS tahun lalu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Rajapaksa juga menawarkan untuk mengizinkan turis Tiongkok kembali ke Sri Lanka asalkan mereka mematuhi peraturan virus corona yang ketat.

BERITA TERKAIT

Sebelum pandemi, China adalah salah satu sumber utama turis Sri Lanka. Dan itu mengimpor lebih banyak barang dari China daripada dari negara lain mana pun.

Sebagai informasi, dalam beberapa bulan terakhir, Sri Lanka telah mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, yang diperburuk oleh hilangnya pendapatan turis selama pandemi.

China adalah pemberi pinjaman terbesar keempat Sri Lanka, di belakang pasar keuangan internasional, Bank Pembangunan Asia dan Jepang.

Negara itu telah menerima miliaran dolar pinjaman lunak dari China tetapi negara kepulauan itu telah dilanda krisis valuta asing yang menurut beberapa analis telah mendorongnya ke ambang default.

Sri Lanka harus membayar utang sekitar 4,5 miliar dolar AS pada tahun ini dimulai dengan obligasi pemerintah internasional senilai 500 juta dolar AS, yang jatuh tempo pada 18 Januari.

Baca juga: Cadangan Devisa China Makin Membesar, Kini Tembus 3,25 Triliun Dolar AS

Bank sentral negara itu telah berulang kali meyakinkan investor bahwa semua pembayaran utang akan dipenuhi dan dana untuk pembayaran obligasi bulan ini telah dialokasikan.

Sri Lanka adalah bagian penting dari China, di mana negara tersebut merupakan sebuah rencana jangka panjang untuk mendanai dan membangun infrastruktur yang menghubungkan China dengan seluruh dunia.

Namun, beberapa negara, termasuk AS, telah menyebut proyek itu sebagai jebakan utang untuk negara-negara yang lebih kecil dan lebih miskin.

Namun, Beijing selalu menolak tuduhan itu, dan sebagai tanggapan menuduh beberapa orang di Barat mempromosikan narasi ini untuk menodai citranya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas