Produk Asuransi yang Memproteksi Kredit Konsumtif di Perbankan Berpotensi Catatkan Klaim Tinggi
Apalagi, Indonesia Re masih menerima laporannya dua atau empat bulan lebih belakang daripada asuransi.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Teknik dan Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau (Indonesia Re), Erickson Mangunsong memperkirakan klaim sejumlah lini bisnis yang paling terdampak pandemi masih akan berlanjut pada tahun ini.
Ia mencotohkan, produk asuransi yang memproteksi kredit konsumtif dan kredit ritel di perbankan berpotensi mencatatkan klaim tinggi.
Apalagi, Indonesia Re masih menerima laporannya dua atau empat bulan lebih belakang daripada asuransi.
Baca juga: Gabungan BUMN Asuransi dan Reasuransi Resmi Bentuk KMP
"Jadi, diprediksi klaimnya masih bisa meningkat, bahkan sampai triwulan pertama tahun ini," katanya, Jumat (28/1/2022).
Selain asuransi, bisnis lain yang terdampak dan berpotensi mengalami peningkatan klaim adalah Letter of Credit (LC) dan Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN).
"Pandemi yang mempengaruhi situasi pemegang polis akan menentukan peningkatan klaim produk tersebut," katanya.
Produk asuransi ini rentan terdampak pandemi yang berkepanjangan saat terjadi faktor penundaan kewajiban dan menyebabkan timbulnya tuntutan kerugian financial.
Erickson menambahkan, selain tingginya klaim reasuransi pada 2021 disebabkan oleh tiga klaim dari lini bisnis fire dan sisa klaim dari peristiwa banjir pada 2020.
Baca juga: Bank Syariah Indonesia Layani Kustodian Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
Melihat kondisi ini Indonesia Re akan menyeimbangkan portofolio bisnis dengan memaksimalkan produk dengan imbal hasil atau yield yang lebih baik.
“Agar kami dapat mendorong pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan di tengah pandemi ini, kami akan lebih meningkatkan fokus pada produk-produk dengan yield yang baik,” ungkapnya.