Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Krakatau Steel Mulai Hitung Ceruk Proyek Pembangunan IKN Nusantara

dengan berjalannya proyek pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan akan mengerek permintaan besi baja domestik.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Krakatau Steel Mulai Hitung Ceruk Proyek Pembangunan IKN Nusantara
dok. HRS
Baja jenis hot rolled coil (HRC) produksi Krakatau Steel. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) mulai berhitung dengan semakin dekatnya proyek pembangunan infrastruktur Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur.

Perusahaan BUMN tersebut melihat adanya potensi yang sangat besar.

Direktur Komersial Krakatau Steel Melati Sarnita pun optimistis Krakatau Steel bakalan dapat menjadi penyedia baja untuk proyek besar tersebut.

Melati mengatakan, dengan berjalannya proyek pembangunan infrastruktur IKN di Kalimantan akan mengerek permintaan besi baja domestik.

Di awal tahun 2022 ini, jelasnya, permintaan besi dan baja diproyeksi mengalami peningkatan.

Baca juga: Presiden Jokowi Diharapkan Pilih Orang Kalimantan Jadi Kepala Otorita IKN

Hal ini didorong oleh pemulihan di berbagai sektor utama yaitu sektor konstruksi yang memiliki porsi sebesar 78% dari total konsumsi baja dan diikuti sektor otomotif secara bertahap.

"Selain itu, implementasi atas pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan inisiatif pemerintah untuk merampungkan birokrasi dalam proyek infrastruktur," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (4/2).

Baca juga: Digugat Ke MK, Moeldoko: Pembangunan IKN Adalah Sebuah Kebutuhan

Berita Rekomendasi

Melati memaparkan, berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan atas pembangunan Ibu Kota Negara di Kalimantan di mana hal ini termasuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 18 Tahun 2020 dan anggaran yang dialokasikan cukup besar mencapai Rp 501 triliun.

"Tentu akan menjadi kontribusi potensial bagi KRAS & Group serta produsen baja nasional lainnya dalam turut serta membangun berbagai prasarana dan infrastrukturnya," terangnya.

Baca juga: Bappenas Siapkan Aturan Turunan Prioritas Pembangunan IKN

Melati bilang, pihaknya dapat dipastikan bahwa baja-baja yang dibutuhkan dalam pembangunan Ibu Kota Negara tersebut dapat diproduksi oleh KRAS & Group serta produsen baja nasional lainnya.

Terlebih posisi KRAS yang merupakan perusahaan BUMN, membuatnya fokus pada pemenuhan kebutuhan pasar domestik terlebih dahulu.

Maka dari itu, Krakatau Steel telah melaksanakan ekspansi penambahan kapasitas produksi dengan mengoperasikan pabrik Hot Strip Mill (HSM) 2 sejak November 2021 lalu.

Salah satu tujuan dioperasikannya pabrik ini untuk meningkatkan pasokan besi dan baja ke dalam negeri sehingga diharapkan dapat menekan impor baja Indonesia.

Asal tahu saja pabrik HSM 2 ini menambah kapasitas produksi KRAS untuk produk Hot Rolled Coil/HRC (Baja lembaran canai panas).

Pada tahap awal, pabrik HSM 2 memproduksi HRC sebesar 1,5 juta ton per tahun, kemudian secara bertahap produksinya akan meningkat menjadi 4 juta ton per tahun.

Produksi baja KRAS dari kedua pabrik HSM 1 dan HSM 2 di tahun 2022 ditargetkan sebesar 3,1 juta ton atau meningkat sebesar 11% dibandingkan tahun 2021 yaitu 2,7 juta ton.

Adapun dari total target tersebut, secara umum dalam kondisi ideal 80% merupakan alokasi untuk pasar domestik dan 20% untuk memenuhi pasar ekspor.

Melati menambahkan, peningkatan atas target produksi KRAS bisa lebih besar lagi dari 11% yaitu hingga mencapai 24% di mana hadirnya pabrik HSM 2 KRAS diharapkan akan menekan angka impor baja Indonesia.

Tentu saja kondisi tersebut tentu dapat dicapai jika didukung dengan kebijakan pemerintah yang dapat lebih banyak melakukan substitusi impor atas produk baja untuk pemenuhan demand dalam negeri.

"Hal lainnya, kami juga mengharapkan pemerintah dapat segera memberlakukan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) sebagai upaya perlindungan industri baja nasional dari unfair trade, sehingga tercipta iklim perdagangan yang sehat dan berdampak pada pertumbuhan industri baja nasional," kata Melati.

Gali Ceruk Pasar Ekspor

Kendati fokus pada penjualan dalam negeri, Krakatau Steel tidak menampik bahwa dalam kondisi tertentu seperti adanya penurunan permintaan pasar domestik, maka ekspor menjadi penyeimbang dan alternatif lain untuk mendorong penjualan perusahaan.

Adapun mengenai rencana penjualan ekspor, KRAS telah melakukan dan merencanakan beberapa hal, di antaranya menjaga pasar tradisional ekspor KRAS seperti Malaysia dan Australia dengan menambah kuantitas ekspor dan jumlah konsumen.

Kemudian, ekspansi pasar baru untuk ekspor, di mana pada awal 2022 KRAS telah melakukan ekspor 27.000 ton Hot Rolled Coil (HRC) ke Pakistan untuk pertama kali. Adapun pada 30 Januari 2022 KRAS juga merealisasikan ekspor ke Italia sebanyak 30.000 ton baja HRC.

Pada Januari 2022, total penjualan ekspor KRAS sebesar 63.731 ton, meningkat 87% dibandingkan ekspor di bulan Januari 2021 yang sebesar 34.022 ton.

Melati mengatakan, ekspor Januari 2022 adalah volume ekspor per bulan terbesar sepanjang sejarah Krakatau Steel. Rekor ekspor sebelumnya terjadi pada bulan Desember 2019 sebesar 56.398.

Selain ekpor ke Italia, di saat yang bersamaan Krakatau Steel juga mengekspor baja HRC dan plat ke Malaysia sebanyak 6.474 ton.

"KRAS juga akan berupaya ekspor ke pasar baru lainnya seperti Middle East, Afrika, Asia Selatan, dan beberapa negara ASEAN," pungkas Melati.

Di tahun ini, KRAS memproyeksikan target ekspor sebesar 270.000 ton atau lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebanyak 262.715 ton dengan nilai penjualan mencapai Rp 3,2 triliun. (Arfyana Citra Rahayu)

Sumber: Kontan

Sumber: Kontan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas