Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Rusia Invasi Ukraina, Harga Pupuk dan Gandum Diprediksi Naik, Bagaimana dengan Harga BBM ?

Selain harga minyak, harga pupuk dan gandum juga perlu diwaspadai pemerintah dari konflik dua negara di benua biru tersebut.

Editor: Sanusi
zoom-in Rusia Invasi Ukraina, Harga Pupuk dan Gandum Diprediksi Naik, Bagaimana dengan Harga BBM ?
Food Navigator
pemerintah perlu mengantisipasi kenaikan harga pupuk dan gandum di dalam negeri akibat invasi Rusia ke Ukraina. 

Sayangnya, perang Rusia-Ukraina akan menggeser urgensi menyelesaikan masalah iklim. Pupuk, gandum dan energi adalah produk antara, yang kelangkaannya akan merambat ke naiknya harga produk turunan.

“Konflik global akan memberikan tantangan terhadap inflasi, terutama produk pangan dan energi. Indonesia harus memanfaatkan G20 untuk bersama-sama membangun rantai nilai yang lebih resilient atau tahan banting dan membatasi meluasnya dampak perang Rusia-Ukraina,” tandasnya.

Harga Minyak Dunia mendidih

Di sisi lain, harga minyak tembus 105,79 dollar AS per barrel akibat dari konflik Rusia dan Ukraina. Meski angkanya sudah turun menjadi 91,59 dollar AS per barrel, angkanya melebihi asumsi dasar makro dalam APBN 2022 yang sebesar 63 dollar AS per barrel.

Tingginya harga minyak bisa mempengaruhi harga bahan bakar (BBM) seperti bensin di dalam negeri. Tingginya harga bahan bakar membuat ongkos logistik mahal dan mengerek harga komoditas.

Direktur Eksekutif Center of Law and Economic Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, potensi naiknya harga BBM di dalam negeri akibat konflik Rusia-Ukraina tergantung dari dua aspek.

Pertama adalah kemampuan pemerintah dalam memberikan subsidi energi untuk mengompensasi kenaikan harga minyak dunia.

BERITA TERKAIT

"Artinya apakah adanya tambahan subsidi energi karena dengan alokasi subsidi energi yang ada saat ini tentu tidak mencukupi untuk menahan khususnya premium dan solar," kata Bhima.

Dengan kata lain, tingginya harga minyak bisa saja membuat subsidi energi tahun 2022 membengkak.

Sepanjang Januari, subsidi energi sudah tembus Rp 10,2 triliun atau naik 347,2 persen dari realisasi Januari 2021 yang hanya Rp 2,3 triliun.

Tingginya subsidi di awal 2022 dipengaruhi oleh percepatan pencairan kurang bayar subsidi energi di awal tahun 2022.

Kemudian yang kedua, tergantung dari kondisi internal keuangan Pertamina. Penyesuaian harga BBM, khususnya Pertalite dan Pertamax mungkin saja terjadi bisa kondisi keuangan tertekan dan membuat utang perusahaan pelat merah itu membengkak.

"Apakah kondisi ini akan menekan keuangan, membuat utang Pertamina semakin besar dan akhirnya terjadi penyesuaian harga BBM khususnya yang Pertalite dan Pertamax," beber Bhima.

Jika terjadi penyesuaian harga, tak bisa dipungkiri tingkat inflasi akan merembet naik lebih cepat dan menggerus daya beli warga. Saat ini saja, warga sudah dibebankan dengan harga komoditas lain yang melambung, seperti minyak goreng, kedelai, dan daging sapi.

Baca juga: Cegah Krisis Energi Akibat Perang, Pemerintah Diminta Diversifikasi Suplai Impor BBM

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas