Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Para Pedagang Mengaku Tak Sanggup Lagi Menanggung Kerugian akibat Melambungnya HPP Daging Sapi

Tak hanya pedagang yang melakukan aksi mogok tapi tempat pemotongan hewan milik perorangan melakukan hal serupa untuk mempromosikan mahalnya harga.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Para Pedagang Mengaku Tak Sanggup Lagi Menanggung Kerugian akibat Melambungnya HPP Daging Sapi
Warta Kota/Henry Lopulalan
Suasana lenggang los daging di Pasar Proyek Senen, Senen, Jakarta Pusat, Senin(28/2/2022). Pedagang tidak menjual daging sapi sebagai protes kenaikan harga daging yang berakhibat mahalnya harga si jualan ke konsumen. Rencananya mereka mogok jualan selama 1 minggu atau mereka akan segera berjualan jika pemerintah bisa menstabilkan harga daging. (Warta Kota/Henry Lopulalan) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi mogok jualan yang dilakukan pedagang daging sapi di Pasar Kramat Jati, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur untuk memprotes mahalnya harga dikeluhkan warga.

Irfan (35), seorang pembeli daging sapi di Pasar Kramat Jati mengaku keberatan dengan mogok yang dilakukan mulai Senin (28/2/2022) hingga Jumat (4/3/2022) karena mempengaruhi kebutuhan.

"Keberatan juga sih, karena kebutuhan untuk makan sehari-hari juga kan. Apalagi minggu kemarin pedagang tempe, tahu juga mogok," kata Irfan di Pasar Kramat Jati.

Pasalnya selain untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga, daging sapi banyak dibutuhkan pedagang rumah makan seperti bakso, soto daging, dan penjual nasi padang.

Di satu sisi dia mengakui harga daging sapi yang sekarang berkisar Rp 130 ribu per kilogram membuat warga kesulitan karena terjadi di saat harga komoditas lain seperti minyak goreng yang harganya juga naik.

"Ini tadi saya beli daging sapi setengah kilogram Rp 65 ribu, padahal biasanya Rp 55 ribu. Memang ada kenaikan dan memberatkan, tapi karena kebutuhan ya tetap beli," ujarnya.

Irfan masih dapat berbelanja daging sapi di Pasar Kramat Jati karena hari ini masih ada segelintir pedagang yang masih berjualan dan belum ikut melakukan mogok serentak.

BERITA TERKAIT

Di antaranya Ape (48), yang menuturkan masih berjualan karena memiliki sisa dagangan hasil belanja dari tempat pemotongan hewan pada Minggu (27/2/2022).

Menurutnya bukan hanya pedagang yang melakukan aksi mogok, tapi tempat pemotongan hewan milik perorangan juga melakukan hal serupa untuk mempromosikan mahalnya harga.

"Kalau dulu memang semua pedagang itu beli di rumah pemotongan yang di Cakung. Tapi sekarang sudah banyak tempat, enggak seperti dulu. Ini saya jualan juga barang sisa kemarin," tutur Ape.

Pantauan di los pedagang daging sapi yang berada di lantai dua Pasar Kramat Jati lapak penjual tampak sepi karena mayoritas penjual sepakat melakukan aksi mogok dagang.

Pisau daging dan kayu alas potong yang digunakan pedagang daging sapi untuk berjualan dibiarkan tergeletak begitu saja di kios, sementara jumlah pembeli terpantau sedikit.

Ketua Pengurus Wilayah Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Sapi Indonesia (JAPPDI) Asnawi mengatakan, asosiasi pedagang daging sapi itu ada dua JAPPDI dan Asosiasi Pedagang Daging Indonesia atau APDI, di mana JAPPDI lebih mengutamakan komunikasi serta solusi.

"Kami tetap komit berdagang, teman saya di pasar Kramat Jati motong dan dagang hari ini, kemudian teman saya di pasar dekat Cipinang juga menyampaikan informasi tetap dagang," kata Asnawi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas