Luhut Isyaratkan Harga Pertalite dan Gas Elpiji 3 Kg Bakal Ikut Naik, Bertahap Juli hingga September
Terkait kenaikan harga BBM dan gas, Luhut menyebut hal itu tidak bisa terhindarkan mengingat kondisi ekonomi global saat ini.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Dewi Agustina
Luhut mencatat saat ini harga minyak mentah dunia telah menembus level USD 100 per barel. Sedangkan, dalam asumsi alokasi APBN harga minyak dipatok USD 63 per barel.
"Kan angkanya sudah luar biasa," tekannya.
Luhut mengatakan kenaikan harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax sebenarnya juga tergolong terlambat, lantaran kenaikan harga minyak mentah dunia sudah berlangsung lama.
"Saya ingin berikan gambaran, seluruh dunia kemarin (naik) paparan saya kepada Presiden (Jokowi). Memang kita yang paling terlambat menaikkan (BBM). Semua negara-negara sudah naik. Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," ujarnya.
Sebelumnya PT Pertamina (Persero) resmi menaikkan harga BBM jenis Pertamax dari sebelumnya sekitar Rp 9.000-Rp 9.400 per liter menjadi Rp 12.500-Rp 13.000 per liter.
Kenaikan ini mulai berlaku 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat.
Menurut Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, SH C&T Pertamina Irto Ginting, penyesuaian harga ini masih jauh di bawah nilai keekonomiannya.
Baca juga: Harga Pertamax Naik, Pengamat: Antisipasi Shifting, Pasokan Pertalite Harus Mencukupi
Ia menyebut Pertamina selalu mempertimbangkan daya beli masyarakat.
Oleh sebab itu, kata dia, harga Pertamax tetap lebih kompetitif di pasar atau dibandingkan harga BBM sejenis dari operator SPBU lainnya.
Irto juga mengatakan bahwa porsi konsumsi BBM subsidi mencapai 83 persen, sedangkan porsi konsumsi Pertamax sebesar 14 persen.
Oleh karena itu Pertamina berharap masyarakat tetap memilih BBM nonsubsidi yang lebih berkualitas.(tribun network/sen/kps/dod)