Pengamat: Harga BBM Pertamina Masih Murah Dibandingkan Sejumlah Negara Lain
Masyarakat, termasuk mahasiswa diminta bijak menyikapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax.
Penulis: Malvyandie Haryadi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Malvyandie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat, termasuk mahasiswa diminta bijak menyikapi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, kenaikan tersebut memang tak bisa dihindari, di tengah meroketnya minyak dan gas akibat konflik Rusia-Ukraina.
Yang perlu ditekankan, meski Pertamax naik, sebenarnya masih termasuk paling murah di dunia.
Baca juga: UPDATE Harga Pertamax Hari Ini, Sabtu 9 April 2022 di SPBU Seluruh Indonesia
“Kenaikan harga Pertamax tak bisa dihindarkan. Sebab, harga minyak dan gas dunia memang melambung, karena perang Rusia-Ukraina. Namun begitu, walau pun naik, sebenarnya harga Pertamax termasuk paling murah di dunia,” tegas Piter kepada media hari ini (10/4/2022).
Selain itu, lanjut Piter, publik juga harus paham, bahwa kenaikan harga hanya diberlakukan untuk BBM non subsidi.
Dalam hal ini, Pertamax yang mengalami kenaikan harga pun, sebenarnya memang ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke atas.
Baca juga: Mahasiswa Demo di Depan Gedung DPRD Garut, Kritisi Kenaikan Harga Pertamax Hingga Kebutuhan Pokok
Itupun, volume penjualan Pertamax juga kecil, hanya 14% dari total penjualan BBM Pertamina.
Sedangkan BBM dan LPG subisidi, termasuk Pertalite, Biosolar, dan gas melon yang notabene ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah, hingga saat ini tidak terjadi kenaikan harga.
Bahkan, harga baru Pertamax Rp12.500/liter pun sebenarnya masih jauh di bawah harga keekonomian, yaitu Rp16.000/liter.
Dalam hal ini, Pertamina menyatakan masih merugi dan memberikan subsidi Rp3.500 dalam setiap liter Pertamax yang dibeli masyarakat.
“Dengan segala kondisi ini, bisa dipahami bahwa kebijakan kenaikan harga Pertamax sudah tepat. Makanya, saya pikir tinggal bagaimana Pemerintah bisa mengkomunikasikan dengan baik terkait kondisi yang ada saat ini. Itu tantangannya,” tegas Piter.
Dari data Global Petro Prices, harga BBM di Indonesia memang termasuk murah.
Untuk kawasan Asia Tenggara misalnya, Pertamax yang dijual Rp12.500/liter, jauh lebih murah dibandingkan BBM sejenis di Singapura (Rp30.208/liter), Laos (Rp24.767/liter), Filipina (Rp20.828/liter), Kamboja (Rp20.521/liter), Thailand (Rp19.767/liter), dan Vietnam (Rp16.500/liter).
Satu-satunya negara Asia Tenggara yang lebih murah adalah Malaysia, yaitu Rp6.965/liter.
Sebagai informasi, di Malaysia, BBM setara Pertamax memang mendapat subsidi, sehingga harganya lebih rendah. Sedangkan di Indonesia, subsidi diberikan kepada Pertalite.
Sedangkan untuk tingkat global, harga BBM juga jauh di atas BBM keluaran Pertamina.
Hong Kong, misalnya, menjual dengan harga Rp41.346/liter dan Belanda Rp36.148/liter.
Bahkan, BBM di negara-negara Afrika pun jauh lebih mahal. BBM di Zimbabwe contohnya, dijual Rp33.795/liter.
Demikian juga dengan BBM di dalam negeri. Ternyata meski Pertamax naik, harganya masih jauh lebih murah dibandingkan SPBU swasta
Begitu juga dengan harga LPG. Brightgas keluaran Pertamina yang dijual Rp15.725/kg, juga jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
Sebagai perbandingan, Vietnam menjual seharga Rp26.927/kg, Filipina Rp26.989/kg, dan Singapura Rp29.927/kg.
Malaysia memang lebih rendah, yaitu Rp6.466/kg. Tetapi, Gas Petronas 12 kg tersebut merupakan produk subsidi dari Pemerintah Malaysa, sehingga bisa dijual lebih murah.
Pernyataan Presiden
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa pemerintah sudah berusaha untuk menahan agar tidak terjadi kenaikan harga salah satunya bahan bakar minyak (BBM).
Menurut Jokowi, kenaikan harga BBM tidak terelakkan terjadi seperti yang baru saja dilakukan Pemerintah untuk BBM jenis Pertamax.
"Saya kira sudah kita tahan-tahan agar tidak terjadi kenaikan, tetapi saya kira situasinya memang tidak memungkinkan, enggak mungkin kita tidak menaikkan yang namanya BBM engga. Oleh sebab itu kemarin naik pertamax," kata Jokowi dalam sidang kabinet yang diunggah kanal Youtube Sekretariat Presiden, Rabu, (6/4/2022).
Presiden menegaskan bahwa kondisi sekarang ini cukup sulit. Ekonomi dan moneter Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang situasinya kini sedang bergejolak.
"Utamanya yang berkaitan dengan kenaikan inflasi hampir di semua negara," katanya.
Presiden mengatakan, hampir semua negara terjadi kenaikan inflasi. Amerika Serikat angka inflasinya kini sudah 7,9 persen yang biasanya berada di bawah 1 persen. Angka inflasi Uni Eropa juga sudah masuk ke angka 7,5 persen yang biasanya hanya 1 persen. Begitu juga angka inflasi di Turki yang kini sudah menyentuh 54 persen.
Kondisi serta dampak ekonomi akibat dari situasi global tersebut, kata Presiden juga berdampak pada Indonesia dan sangat dirasakan oleh masyarakat.
"Kesadaran ini harus kita miliki dan dampak itu dirasakan betul oleh masyarakat saat kita turun ke bawah," pungkasnya.