Inflasi Tinggi Gerogoti Ekonomi AS, Ekonom Prediksi Dampak Terhadap Perekonomian Indonesia
kenaikan inflasi di AS akan menyebabkan biaya produksi berbagai kebutuhan pokok, khususnya barang impor akan naik signifikan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
Dampak yang ketiga, bakal menyebabkan keluarnya arus modal asing dari Indonesia karena kekhawatiran terjadinya resesi ekonomi di AS.
Sepanjang Maret 2022, terjadi aliran modal keluar atau net outflow sebesar Rp18,6 triliun. Keluarnya modal asing jika berlanjut akan menekan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Keempat, kenaikan suku bunga akan menyusul tingkat inflasi yang tinggi sehingga memaksa negara berkembang menyesuaikan bunga acuan.
“Suku bunga akan lebih mahal, efeknya ke cost of fund dari pelaku usaha naik. Ini dampaknya sampai ke kredit KPR (Kredit Pemilikan Rumah), kendaraan bermotor ikut naik. Bahkan bisa lebih dari 1-2 persen kenaikan bunga pinjaman,” papar Bhima.
Dan yang terakhir atau kelima, inflasi di AS akan mengganggu kinerja ekspor Indonesia, terlebih sebanyak 13,1 persen porsi tujuan ekspor Indonesia ke AS.
“Jika harga barang terlalu mahal, maka konsumen di negara tujuan ekspor akan mengurangi konsumsi,” pungkas Bhima.
Baca juga: Ekonomi Jepang, China dan AS Lemas Digerogoti Laju Inflasi Tinggi
Inflasi Tinggi Gerogoti Ekonomi AS, China, Eropa hingga Jepang
Pemulihan perekonomian global terhambat inflasi yang terus mendaki di sejumlah negara.
Berbagai analis memprediksi inflasi akan tetap tinggi di negara-negara yang pusat perekonomian dunia seperti Amerika Serikat (AS), China, Uni Eropa, hingga Jepang.
Inflasi dari harga grosir atau wholesale Jepang mendekati level rekor tertinggi pada Maret 2022 karena krisis Ukraina.
Selain itu, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/4), pelemahan yen mendorong naiknya biaya bahan bakar dan bahan mentah akan semakin mengganggu perekonomian Jepang yang sangat bergantung pada impor.
Analis melihat, kenaikan harga produk wholesale ini akan memicu inflasi konsumen menuju target 2% yang sulit dipahami bank sentral Jepang. Ini akan melukai ekonomi Jepang yang masih belum pulih dari pandemi virus corona.
Data Pemerintah Jepang menunjukkan, indeks harga barang perusahaan (CGPI) Jepang yang mengukur harga yang dibebankan perusahaan satu sama lain untuk barang dan jasa mereka, naik 9,5% di bulan Maret 2022 dari tahun sebelumnya. Itu melanjutkan kenaikan sebesar 9,7% pada bulan Februari 2022, yang merupakan rekor tercepat.
Baca juga: Empat Rekomendasi Pengusaha ke Pemerintah untuk Antisipasi Inflasi Pangan
Bank of Japan (BOJ) menyebut kenaikan indeks ini melampaui perkiraan pasar yang sebesar 9,3%.