Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Wajibkan Rubel untuk Bayar Gas Rusia, Strategi Vladimir Putin Hancurkan Dolar AS

Saat AS kelimpungan dengan besarnya jumlah dollar yang dicetaknya sendiri, Putin punya waktu yang tepat untuk membalas

Editor: Sanusi
zoom-in Wajibkan Rubel untuk Bayar Gas Rusia, Strategi Vladimir Putin Hancurkan Dolar AS
AFP/THIBAULT CAMUS
Presiden Rusia Vladimir Putin terlihat selama konferensi pers setelah pertemuan dengan Presiden Prancis di Moskow, (7 Februari 2022). Upaya internasional untuk meredakan kebuntuan atas Ukraina diintensifkan dengan Presiden Prancis mengadakan pembicaraan di Moskow dan Kanselir Jerman di Washington untuk mengkoordinasikan kebijakan sebagai ketakutan akan invasi Rusia meningkat. (Thibault Camus/ POOL/ AFP) 

Putin sadar, tak ada gunanya menerima dollar untuk penjualan gas Rusia. Mengingat cadangan devisa Rusia dalam bentuk dollar tak bisa dipakai karena akses keuangannya di dunia sudah diblokir AS dan sekutunya, termasuk sanksi larangan bank Rusia menggunakan transaksi SWIFT.

Ibarat pepatah sekali mendayung dua pulau terlampaui, Putin mendapatkan dua keuntungan sekaligus dengan memaksa penggunaan rubel, yakni cadangan emas Rusia yang melonjak dan rubel yang menguat.

Keinginan Putin yang ingin meninggalkan dollar secara luas dalam transaksi perdagangan dunia pun bisa ia realisasikan sekarang.

Seorang wanita berbicara dengan seorang tentara Rusia ketika orang-orang menunggu dalam antrean pada distribusi makanan yang diselenggarakan oleh tentara Rusia dan sukarelawan di Mariupol pada 12 April 2022, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di seluruh Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus menantang untuk perang terhadap tetangga Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP)
Seorang wanita berbicara dengan seorang tentara Rusia ketika orang-orang menunggu dalam antrean pada distribusi makanan yang diselenggarakan oleh tentara Rusia dan sukarelawan di Mariupol pada 12 April 2022, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di seluruh Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus menantang untuk perang terhadap tetangga Rusia. (Photo by Alexander NEMENOV / AFP) (AFP/ALEXANDER NEMENOV)

Risiko kehancuran dollar AS

Putin sadar, Amerika Serikat adalah negara yang paling gemar mencetak uang kertas dibandingkan negara-negara lain. Dollar AS hanyalah kertas yang dicetak tanpa jaminan apa pun sesuka hati pemerintah AS.

Dollar AS yang dicetak The Fed telah bertambah 800 miliar dollar AS sejak tahun 2008 menjadi hampir 8,5 triliun dollar AS pada tahun 2021. Inflasi pun semakin tak terkendali.

Peningkatan sepuluh kali lipat dalam pencetakan mata uang tidak akan mungkin terjadi jika dollar didukung oleh emas The Fed. Cadangan emas The Fed jauh lebih kecil dibandingkan jumlah dollar yang beredar di dunia.

BERITA TERKAIT

Saat AS kelimpungan dengan besarnya jumlah dollar yang dicetaknya sendiri, Putin punya waktu yang tepat untuk membalas dengan menghidupkan kembali transaksi dengan emas atau pembayaran non-dollar lainnya sebagai alat tukar.

Ini adalah langkah yang cerdas Putin karena emas juga memiliki resonansi alami dengan India dan China, importir emas terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

Emas adalah alat pembayaran yang paling diterima di seluruh dunia, termasuk jika dibandingkan dollar AS sekalipun. Emas yang dimiliki oleh rumah tangga India diperkirakan mencapai 40 persen dari PDB. Secara budaya dan psikologis, emas memiliki daya tarik besar di India, Cina, dan Rusia.

Rusia memiliki lebih dari 50% cadangan devisanya dalam bentuk emas. Membuatnya masih bisa bertahan sangat lama meski menghadapi sanksi ekonomi dari AS dan sekutunya.

Presiden Tusia Vladimir Putin tetap mengharuskan Uni Eropa membayar gas yang dibelinya dari Rusia dengan rubel. Foto Presiden Vladimir Putin di jaringan pipa gas Rusia di Vladivostok, 2011.
Presiden Tusia Vladimir Putin tetap mengharuskan Uni Eropa membayar gas yang dibelinya dari Rusia dengan rubel. Foto Presiden Vladimir Putin di jaringan pipa gas Rusia di Vladivostok, 2011. (The Guardian/AFP)

Jika gagasan Putin meninggalkan dollar AS terus berlanjut sekalipun krisis di Ukraina sudah berakhir, dan kemudian diikuti negara-negara lain, maka hal itu tentu jadi mimpi buruk untuk Negeri Paman Sam.

Imbasnya, banyak negara bisa jadi tak akan lagi menumpuk dollar dalam cadangan devisanya. Dollar AS akan pulang kampung ke negara asalnya, membuat stok dollar melimpah di negaranya, dan membuat inflasi menjadi gila-gilaan di AS.

Lagipula, China yang merupakan raksasa ekonomi dunia saat ini, sudah sering mengampanyekan untuk meninggalkan dollar AS sebagai mata uang regional.

Perang Rusia terhadap Ukraina dan kebijakan Putin bisa jadi titik balik perubahan radikal dalam penggunaan dollar, hal ini pula yang membuat AS sangat berhati-hati dalam menyikapi ancaman Rusia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cerdiknya Putin Saat Wajibkan Bayar Gas Rusia Pakai Rubel"

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas