Imbas Invasi Rusia, Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,2 Persen
Bank Dunia saat ini tengah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 hampir 1 persen, dari sebelumnya 4,1 persen menjadi 3,2 persen.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan Bank Dunia saat ini tengah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2022 hampir 1 persen, dari sebelumnya 4,1 persen menjadi 3,2 persen.
Malpass menyebut pemangkasan ini terjadi lantaran imbas dari adanya invasi Rusia ke Ukraina hingga membuat tekanan baru dalam perekonomian dunia. Bahkan konflik ini telah membuat perekonomian di kawasan Eropa dan Asia Tengah terpukul, hingga mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen.
Baca juga: Imbas Invasi Rusia, PBB Bahas Pembatasan Hak Veto Anggota Tetap Dewan Keamanan
“Kami sedang mempersiapkan tanggapan krisis yang berkelanjutan, mengingat banyaknya krisis. Selama beberapa minggu ke depan, saya berharap untuk bisa berdiskusi dengan dewan kami, respons pembiayaan krisis baru selama 15 bulan sekitar 170 miliar dolar AS yang mencakup April 2022 hingga Juni 2023," ujar Malpass, Senin (18/4/2022).
Pemangkasan dana ekonomi akan digunakan Bank Dunia untuk membantu pembiayaan dalam menstabilkan pasar global khususnya pada pasokan ekspor pertanian Ukraina, yang telah mendorong terjadinya inflasi di sejumlah wilayah.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia Hari ke-55: Pertempuran untuk Donbass Dimulai, Bantuan Militer dari AS Tiba
Bahkan jumlah paket pembiayaan yang ditawarkan Bank Dunia untuk menangani krisis Ukraina ini jauh lebih besar dari total bantuan Covid-19 yang tahun lalu digelontorkan Bank Dunia, dimana bantuan saat itu hanya sebesar 160 miliar dolar AS.
Tak hanya dikhususkan bagi Ukraina saja, Maplass menyebut sebagian pembiayaan ini juga akan ditargetkan untuk mendukung negara-negara yang telah menerima pengungsi dari Ukraina serta untuk membantu negara dunia yang terkena dampak kekurangan pangan.
Meski tidak memberikan dampak signifikan, namun hadirnya pembiayaan ini diharap sedikit mampu menstabilkan kenaikan harga pangan dan beberapa komoditas global, sehingga dapat mencegah inflasi di sejumlah negara di berbagai belahan dunia