Cerita Ars-Vita Alamsyah Jadi Insinyur SpaceX, Pernah Magang di NASA, Terinspirasi sang Kakek
Pengalaman Ars-Vita Alamsyah memang sangat luar biasa. Warga Negara Indonesia (WNI) tersebut diterima bekerja di perusahaan Elon Musk
Editor: Sanusi
“Kepercayaan diri tidak muncul seketika. Yang utama dan penting, Anda harus mengkalibrasi diri lagi dan lagi seiring waktu untuk memastikan Anda percaya diri dan paham betul akan cakupan (tanggung jawab Anda) dan dengan siapa Anda berinteraksi,” ungkap Vita.
Terlepas dari tantangan itu, Vita menyadari bahwa kesetaraan gender semakin diperhatikan dalam lingkup pekerjaannya. Ia melihat kesempatan bagi rekayasawan perempuan semakin terbuka lebar.
“Urun daya dan selesaikan pekerjaan Anda dengan baik,” pesannya.
Baca juga: 40 Satelit Milik SpaceX-nya Elon Musk Terbakar Badai Matahari, Berikut Penjelasannya
Pendapat senada diungkapkan rekayasawan perempuan lainnya, yang kini mengajar di University of Maryland, AS, Diandra Soemardi.
“Wanita itu kadang-kadang suka meragukan diri sendiri. Kadang sama kolega kita yang laki-laki kita merasa kalau kita kurang didengarkan, kita merasa enggak dihargai, atau orang enggak percaya sama apa yang kita katakan, orang merasa kita enggak punya ilmu yang kuat,” tuturnya.
Menurutnya, rekayasawan perempuan harus yakin pada kemampuan mereka, karena pada dasarnya keahlian analisis, berpikir logis dan sistematis--yang kerap dinilai lebih dikuasai pria--merupakan hal-hal yang bisa dipelajari dan dikuasai siapa saja tanpa pandang gender.
“Terus aja belajar, terus bertanya, jangan takut salah, jangan takut gagal, karena kegagalan, kesalahan dan ketidaktahuan itu samat sangat normal,” pesan Diandra.
Lingkungan yang fleksibel
Vita, yang pernah magang di Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) selama sebulan saat masih studi sarjana, memiliki rutinitas yang cukup fleksibel di SpaceX. Terlepas dari rapat-rapat yang harus dihadiri, aktivitas coding dan analisis data, ia bebas menentukan jam kerjanya.
Ia dan rekan-rekannya juga leluasa mengekspresikan identitas diri mereka, termasuk identitasnya sebagai seorang Muslim.
“Saya rasa saya tidak takut untuk secara terus terang menunjukkan jati diri saya seutuhnya, berhijab, berbeda dari yang lain,” ungkapnya.
Beberapa tahun lalu, ketika salah satu koleganya menanyakan alasan ia mengenakan kerudung, Vita menggunakan kesempatan itu untuk berbagi.
“Saya menjelaskan sedikit mengenai jilbab, semacam membagikan pemahaman tentang Islam kepada orang-orang yang memang mungkin belum pernah bersentuhan (dengan Islam) dan hal itu sama sekali tidak menyinggung saya,” ujarnya.
Baca juga: Berita Foto : Roket SpaceX Berhasil Meluncurkan Satelit Mata-mata AS
Yufi Priadi, sahabat Vita sejak keduanya sempat bersekolah di kampus yang sama di Bandung dulu, memetik pelajaran penting dari nilai-nilai yang dianut Vita, dua di antaranya yaitu tentang pola pikir kritis dan rasa tidak mudah puas.